Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Kemanusiaan dari Hafidh dan Bagus

18 April 2020   09:47 Diperbarui: 18 April 2020   09:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kalau mereka bisa membantu, mengapa saya belum? Kalau mereka peduli, mengapa saya belum? Kalau mereka rela berkorban, mengapa saya belum?"

Salut dan sangat luar biasa. Hal tersebut sangat layak disematkan untuk Mochamad Hafidh (9) siswa kelas III SDN Pasigaran 3 Dayeuhkolot Kab. Bandung Jawa Barat dan Bagus Ananda Pratama (7) siswa kelas I SDN di Kendari Sulawesi Tenggara. Meraka berdua rela menyumbangkan uang celengannya untuk membantu penanganan Covid-19.

Ucapan salut juga perlu disampaikan kepada para orang tua mereka mereka mendukung anak-anaknya untuk menyumbang, padahal mereka pun mungkin dalam kondisi membutuhkannya, karena kondisi saat ini banyak yang kekurangan bahkan kehilangan penghasilan. Selain dua anak tersebut, ada juga anak-anak lain yang berinisiatif menyumbang untuk membantu pengadaan Alat Pengaman Diri (APD) para tenaga kesehatan yang saat menjadi garda terdepan penanganan pasien Covid-19.

Substansinya, bukan dari jumlah yang disumbangkan mereka, tetapi ada nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh mereka kepada kita, yaitu kepedulian, solidaritas sosial, empati, rela berkorban, dan cinta tanah air. Dengan kata lain, mereka telah menunjukkan akhlak mulia dan mencerminkan warga negara yang baik serta bertanggung jawab.

Hal ini merupakan perwujudan dari tujuan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam konteks Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang saat ini dilaksanakan Kemendikbud, hal ini merupakan wujud karakter yang diharapkan dimiliki oleh banyak generasi muda sebagai aset pembangunan bangsa.

Hafidh dan Bagus mungkin tidak pernah berteriak "Saya Indonesia, Saya Pancasila" atau pidato berapi-api di depan podium tentang pentingnya solidaritas terhadap sesama anak bangsa, tetapi mereka telah membuktikan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya.  Aksi mereka pun bukan gimmick atau pencitraan, tidak peduli ada media yang meliput atau tidak. Ini murni refleksi nilai kemanusiaan dari seorang anak kecil. Di saat banyak anak kecil sibuk main game di smartphone, mereka telah berpikir menjadikan diri mereka berguna bagi bangsa dan negara.

Apa yang dilakukan oleh mereka justru bertolak belakang dengan berita-berita yang beberapa waktu terakhir ini muncul, yaitu adanya indikasi atau potensi penyalahgunaan wewenang untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Bahkan dana-dana penanganan bencana yang sudah ada pun kadang atau diselewengkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Atau ada orang sebenarnya mampu tapi justru mengaku tidak mampu supaya dapat bantuan. Apakah mereka tidak malu terhadap Hafidh dan Bagus?

Menyumbang disaat rezeki lapang adalah hal yang biasa, tetapi menyumbang disaat rezeki sedang sulit, ini yang sangat luar biasa. Dan hal ini telah ditunjukkan oleh Hafidh dan Bagus. Mereka menyimpan uang di celengan tentunya memiliki cita-cita ingin membeli atau memiliki barang tertentu, ingin piknik, atau melakukan hal lain yang mereka inginkan. Tapi keinginan tersebut mereka singkirkan dulu dengan lebih mengedepankan membantu orang lain atau kepentingan umum.

Kondisi sulit sebagai dampak pandemi Covid-19 saat ini memang menggugah rasa kemanusiaan kita. Banyak karyawan yang dirumahkan atau di-PHK, dan kehilangan penghasilan karena tidak lagi bisa berdagang atau mencari nafkah secara bebas di luar rumah. Oleh karena itu, selain pemerintah yang saat ini menyiapkan berbagai program bantuan untuk mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat, peran masyarakat pun diperlukan untuk membangun solidaritas antarsesama warga masyarakat.

Semoga hal yang dilakukan oleh Hafidh dan Bagus menjadi inspirasi bagi warga untuk bahu membahu saling membantu disaat sulit. Intinya, bukan berapa nilai atau jumlah yang diberikan, tetapi niat untuk mau membantu sesama. Kisah-kisah inspiratif lain, misalnya pemulung yang berkurban saat iduladha atau pedagang kecil yang suka menyediakan makanan gratis saat hari Jumat. Hal itu juga menohok bagi kita disaat ada yang belum mau membantu orang lain dengan alasan dirinya sendiri kesulitan atau memerlukan.

Hafidh, Bagus, dan anak-anak lain yang tergerak hatinya untuk berkorban membantu orang lain layak dapat penghargaan dari pemerintah, walau saya yakin mereka tidak berharap seperti itu. Bahkan kalau perlu jadikan sebagai duta kemanusiaan dalam menghadapi wabah Covid-19 untuk mengajak anak-anak lain ikut peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun