Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Ketahanan Pangan, dan Solidaritas Sosial

1 April 2020   16:07 Diperbarui: 1 April 2020   16:05 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di masjid-mesjid besar mungkin masih ada, tetapi di mesjid-mesjid kecil sudah tidak ada, padahal baitul maal itu bisa menjadi sarana pemberdayaan ekonomi umat.

Dalam konteks ekonomi kerakyatan, Bung Hatta, memperkenal koperasi sebagai soko guru ekonomi Indonesia, tetapi justru gaungnya saat ini kurang terasa, dan kalah pengaruh dengan bank emok atau rentenir yang melakukan penetrasi begitu masif ke kampung-kampung. 

Saya pernah dengar informasi bahwa koperasi banyak yang gulung tikar, karena banyak anggota yang meminjam, tapi macet saat mencicil pinjamannya.

Menurut saya, kondisi saat ini sarana bagi kita untuk mengingatkan pentingnya ketahanan pangan, karena urusan perut tidak bisa dinanti-nanti. Orang lapar perlu diberi nasi, bukan nasihat. 

Kalau sudah kenyang, baru bisa mendengarkan nasihat orang lain. Tradisi bas prlk yang sudah lama ditinggalkan, perlu digerakkan kembali. Begitu pun baitul maal di masjid-masjid perlu dibangkitkan kembali.

Berkaitan dengan ketahanan pangan, kita perlu berguru kepada kampung-kampung adat, misalnya Kampung Naga di Tasikmalaya. Saya pernah berkunjung ke sana sekitar tahun 2008. 

Untuk menjamin ketahanan pangan di kampung tersebut, ada yang namanya leuit gede, yaitu sebuah bangunan yang fungsinya untuk menyimpan hasil tani warga, seperti padi, dan akan digunakan pada kegiatan sosial, upacara adat, masa paceklik, atau jika ada warga yang memerlukannya. Jadi, tidak akan sampai ada warga yang krisis pangan.

Pada masa kampanye pemilu, jargon jalan leucir dan beuteung buncir (jalan mulus dan perut kenyang) suka disampaikan oleh para politisi untuk meraup suara rakyat. Kini saatnya, para politisi yang sudah duduk di kursi kekuasaan tersebut mewujudkan janjinya. 

Alhamdulillah, ada pemimpin dan politisi yang telah menyumbangkan gajinya untuk masyarakat yang sedang menghadapi krisis. Semoga semakin banyak politisi, pemimpin, atau orang mampu yang melakukan gerakan ketahanan pangan melalui aksi solidaritas sosial. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun