Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru dan Siswa yang Merdeka dan Dimerdekakan

12 Desember 2019   07:33 Diperbarui: 12 Desember 2019   13:17 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/Dok. Tanoto Foundation)

Menurut saya, sebuah pembelajaran yang merdeka dapat terjadi jika guru dan siswanya merdeka secara pedagogis dan psikologis.

Bagi guru, merdeka secara pedagogis diartikan bebas untuk menentukan tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran yang mampu menggali kemampuan berpikir kritis siswa, dan merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. Sedangkan merdeka secara psikologis diartikan bebas dari tekanan dan terlindungi dalam melaksanakan tugasnya.

Bagi siswa, merdeka secara pedagogis diartikan mereka mendapatkan layanan pendidikan yang humanis sesuai dengan usia, perkembangan berpikir, dan jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Selain itu, merdeka dalam menentukan cara mereka untuk menguasai materi pelajaran.

Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing para siswa dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, karena siswa tentunya memiliki cara dan gaya belajar yang beragam, seperti tipe auditory (senang belajar melalui pendengaran), tipe visual (penglihatan), dan tipe kinestetik (gerakan).

Apapun tipenya, yang penting siswa dapat belajar dengan senang dan tujuan pembelajaran tercapai.

Apalagi kalau dikaitkan dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence), guru harus menghargai dan mengoptimalkan kecerdasan siswa yang beragam itu. Howard Gardner menyampaikan bahwa terdapat  8 (delapan) jenis kecerdasan sebagai  berikut:

(1) kecerdasan linguistik (bahasa), (2) kecerdasan logis-matematik, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan visual-spasial (gambar-ruang), (5) kecerdasan kinestetik (gerak tubuh), (6) kecerdasan intrapersonal (memahami dan mengelola diri sendiri), (7) kecerdasan interpersonal (memahami dan membina hubungan baik dengan orang lain), dan (8) kecerdasan naturalis (alam, hewan, tumbuhan).

Merdeka belajar secara psikologis bagi para siswa adalah saat mereka terbebas dari tekanan guru, perundungan teman sendiri, belajar pada ruangan yang aman dan nyaman.

Oleh karena itu, pemerintah saat menggalakkan Sekolah Ramah Anak (SRA), sekolah aman bencara, sekolah sehat, sekolah bebas perundungan, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk mendukung jalannya proses pembelajaran di satuan pendidikan.

Dari dulu memang sudah cukup banyak pelatihan dan pembahasan berkaitan dengan pembahasan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM), hanya masalahnya dalam pelaksanaannya kurang optimal.

Hal ini salah disebabkan baik oleh pola pikir guru itu sendiri yang sulit untuk berubah alias tersandera oleh pola pikirnya, maupun regulasi yang "menyandera" guru dalam bentuk kewajiban menyusun banyak administrasi pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun