Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tadarus Pancasila di Bulan Puasa

1 Juni 2019   14:38 Diperbarui: 1 Juni 2019   14:45 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam ajaran Islam, nilai-nilai ketuhanan (tauhid) merupakan fondasi yang sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap generasi muslim. Perjuangan dakwah Nabi Muhammad Saw di kota Mekkah adalah menanamkan ketauhidan, supaya orang-orang Quraisy beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu, Allah Swt mewahyukan QS Al Ikhlas kepada Nabi Muhammad Saw untuk menunjukkan keesaan-Nya, Tuhan yang tidak beranak, dan tidak diperanakkan. Pada banyak ayat Alquran dinyatakan kewajiban manusia untuk beribadah kepada-Nya, karena memang manusia diciptakan beribadah kepadanya.

Makna ibadah bukan hanya melaksanakan ibadah mahdah (ritual) saja seperti salat, tetapi juga melaksanakan ibadah ghair mahdah (sosial) seperti berbuat kebaikan terhadap semua manusia, bahkan menjaga lingkungan pun bernilai ibadah.  Oleh karena itu, dimensi hidup seorang manusia harus menjalin hubungan baik dengan Tuhan (hablumminallaah), menjaga hubungan baik dengan sesama manusia (hablumminannaas), dan menjaga hubungan baik dengan lingkungan alam (hablummminal'alam). Dan muaranya kepada misi hidup manusia untuk beribadah kepada-Nya, karena sekecil apapun amal kebaikan seorang manusia akan dicatat oleh malaikat dan mendapatkan pahala, dan sekecil apapun amal keburukan seorang manusia, akan dicatat oleh malaikat dan mendapat siksa, kecuali dia bertaubat kepada-Nya.

  • Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
  • Sila kedua Pancasila tersebut menekankan tentang pentingnya bangsa Indonesia memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menghormati hak asasi manusia, menghormati perbedaan suku bangsa, mau membantu atau menolong kepada siapapun tanpa kecuali, tanpa melihat latar belakangnya ras, agama, jenis kelamin, dan status sosial ekonominya. Selain menjunjung tinggi kemanusiaan, bangsa Indonesia pun diharapkan menjadi bangsa yang adil, beradab, bukan bangsa yang biadab, apalagi bangsa barbar.
  • Orang yang menjunjung tinggi kemanusiaan akan bersikap adil. Adil bukan dimaknai sebagai sama rata dan sama rasa, tetapi adil dimaknai memberikan sesuatu kepada yang berhak menerimanya, tidak bersikap diskriminatif. Adil, kata yang mudah diucapkan tetapi tidak mudah melaksanakannya. Munculnya ketidakpuasan, aksi unjuk rasa, konflik, bahkan upaya pemberontakan adalah sebuah ekspresi dari ketidakadilan yang dirasakan oleh pihak tertentu. Walau sebuah keputusan atau kebijakan belum tentu bisa memuaskan semua pihak, tetapi setidaknya mendekati keadilan.
  • Bangsa yang beradab merupakan cerminan dari pribadi-pribadi yang berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia. Bangsa yang beradab disamping menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, juga bangsa yang cinta damai, anti kekerasan, dan menebar kasih sayang kepada setiap manusia.
  • Manusia yang adil dan beradab sejalan dengan ajaran agama Islam. Dalam QS Annisa ayat 135 Allah Swt berfirman "Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, hendaklah kamu manusia yang adil." Dalam QS Almaidah ayat 8 juga Allah Swt berfirman "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
  •  
  • Persatuan Indonesia
  • Sila ketiga Pancasila diharapkan menjadi perekat semangat seluruh bangsa Indonesia untuk membangun dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia bisa mencapai kemerdekaan berkat adanya persatuan dari para pejuang kemerdekaan. Perjuangan yang dilakukan secara terpisah terbukti gagal, karena mudah dipatahkan oleh penjajah. Oleh karena itu melalui momentum Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bangsa Indonesia dipersatukan hingga berhasil mengusir penjajah dari tanah air.
  • Pascaproklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang mengancam keutuhan bangsa baik dari dalam negeri berupa berbagai pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI maupun dari luar negeri seperti  Belanda yang melakukan agresi militer I tahun 1947 dan agresi militer II tahun 1948. Tetapi, melalui persatuan semua elemen bangsa, berbagai tantangan tersebut dapat dihadapi sehingga keutuhan NKRI tetap terjaga.
  • Di era pembangunan seperti saat ini, semua warga bangsa diharapkan bisa bersatu padu membangun bangsa sesuai dengan keahlian masing-masing. Tantangan yang dihadapi di era globalisasi, Masyaraat Ekonomi Asean (MEA), dan revolusi industri 4.0 semakin kompleks dan kompetitif. Generasi muda Indonesia disamping perlu didik dan diberikan kompetensi yang diperlukan untuk bersaing di era global, juga perlu dibentuk karakternya agar memiliki semangat juang, inovasi, kreatvitas,  dan memiliki nasionalisme sehingga mereka tetap cinta terhadap tanah airnya.
  • Tantangan dari dalam negeri seperti masih ada kesenjangan kesejahteraan dalam masyarakat dan gerakan separatis yang ingin memisahkan dari NKRI perlu diantipasi, diwaspadai, dan ditangani, baik melalui pendekatan pembangunan, pendekatan kemanusiaan, maupun pendekatan keamanan. Islam mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Dalam QS Ali Imran Allah Swt berfirman "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."
  • Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 pulau dari Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2.
  • Jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 diperkirakan mencapai 267 juta jiwa yang terdiri dari beragam suku, bahasa, dan agama. Keberagaman tersebut disamping menjadi sebuah kekuatan, juga menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia sebagai modal penting menjaga keutuhan dalam keberagaman. Hal ini diperkuat dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu.
  • Kaitannya dengan hal tersebut, agama Islam pun menekankan pentingnya pentingnya saling mengenal dalam kebergaman. Dalam QS Alhujurat ayat 13 Allah Swt berfirman "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal."
  • Pemilu 2019 khususnya pilpres yang berjalan sangat ketat membuat masyarakat terbelah dan terpolarisasi menjadi dua kubu, yaitu pendukung pasangan capres-cawapres nomor 01 Joko Widodo-KH Ma'ruf Amien dan pendukung pasangan capres cawapres nomor 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Kini pilpres sudah usah usai, tidak ada pendukung 01 dan 02, tetapi yang ada yaitu pendukung 03 yaitu persatuan Indonesia.
  • Rekonsiliasi pascapemilu memang sangat diperlukan untuk merekatkan kembali tenun kebangsaan. Kerusuhan yang terjadi tanggal 21-22 Mei 2019 pascapenetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara pilpres oleh KPU menjadi noda tersendiri dalam sejarah demokrasi di Indonesia. Kini, pihak 02 sedang menempuh jalur konstitusional yaitu mengajukan gugatan hasil pemilu 2019 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Oleh karena itu, para pendukung masing-masing capres-capres baik 01 maupun 02 perlu menunjukkan sikap demokratisnya dengan cara harus siap menerima apapun hasilnya karena keputusan MK bersifat final dan mengikat.

  • Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
  • Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi. Sila keempat Pancasila menekankan pentingnya musyawarah mufakat dalam proses pengambilan keputusan. Voting dilakukan sebagai jalan terakhir jika proses pengambilan keputusan secara musyawarah mandeg (deadlock). Agar musyawarah dapat berjalan dengan baik, maka perlu dipimpin oleh seorang pemimpin adil dan bijaksana, prosesnya pun perlu dilakukan berdasarkan nilai-nilai kekeluargaan, penuh hikmat, dan keputusan dirumuskan penuh dengan kebijaksanaan agar bisa diterima oleh semua pihak.
  • Sebagai negara demokrasi, Indonesia disamping menganut sistem demokrasi langsung seperti pada pilkada dan pilpres, juga menganut demokrasi tidak langsung atau perwakilan dengan cara memilih wakil-wakil rakyat di DPRD, DPR, dan DPD. Para wakil rakyat tersebut nantinya yang merumuskan berbagai berbagai peraturan perundang-undangan untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pada saat pemilu, masyarakat perlu memilih wakil-wakilnya yang kompeten dan amanah agar mereka saat sudah berada di parlemen dapat bekerja untuk kepentingan rakyat, bukannya memperkaya diri atau kelompoknya.
  • Dalam ajaran Islam pun ditekankan pentingnya musyawarah dalam pengambilan keputusan. Dalam QS Asy-suro ayat 38 Allah Swt berfirman "...sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka..." Lalu pada QS Ali Imran ayat 159 Allah Swt berfirman "Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusanmu..." Musyawarah yang baik tentunya perlu dilakukan secara kekeluargaan, penuh kebijaksanaan, saling menghormati, saling menghargai perbedaan pendapat, dan berorientasi kepada solusi.
  •  
  • Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
  • Sila kelima Pancasila tersebut menekankan bahwa keadilan tidak hanya untuk dirasakan oleh individu atau kelompok tertentu saja, tetapi dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Keadilan sosial dapat melahirkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Oleh karena itu, setiap wilayah NKRI harus merasakan pembangunan dalam beragai bidang seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sebagainya.  Jangan sampai ada daerah yang tertinggal, karena orang yang tinggal di daerah terpencil pun adalah sama sebagai bangsa Indonesia.
  • Keadilan sosial merupakan modal penting untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan, karena rasa ketidakadilan biasanya menjadi bibit perpecahan. Kesenjangan ekonomi yang semakin menganga antara orang kaya dan orang miskin menyebabkan kecemburuan sosial. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan sangat penting dilakukan oleh pemerintah untuk meredam terjadinya perpecahan atau disintegrasi bangsa.
  • Untuk semakin menekan kesenjangan dalam masyarakat, disamping pemerataan pembangunan, adanya kesamaan kesempatan untuk semuanya, juga perlu dibangun solidaritas antarmasyarakat. Orang kaya membantu orang miskin, kaum yang kuat membantu kaum yang lemah.
  • BUMN dan Perusahaan-perusahaan swasta didorong menyalurkan Corporate Social Responsibilty (CSR) baik dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana, pelatihan, maupun bantuan modal usaha kepada masyarakat, agar semuanya bisa berkembang, dan bisa hidup maju dan sejahtera.
  • Perekonomian nasional pun harus berpijak kepada ekonomi kerakyatan, memanfaatkan kekayaan alam dan sumber-sumber energi yang strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak untuk kemakmuran rakyat sebagaimana amanat pasal 33 UUD 1945, sehingga jargon "adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam keadilan" dapat terwujud. Dengan kata lain, keadilan sosial dapat menjadi perekat integrasi bangsa.
  • Islam pun mengajarkan pentingnya keadilan sosial. Umat Islam didorong untuk saling menolong dalam kebaikan, bersedekah, dan berzakat. Masjid bukan hanya sebagai sarana ibadah ritual tetapi juga untuk kegiatan sosial dan menjadi sentra pemberdayaan umat.
  • Di masjid-masjid perlu didorong didirikan baitul mall sebagai sarana pemberdayaan ekonomi umat. Kesadaran umat untuk berzakat, infaq, dan bersedekah perlu terus ditingkatkan sebagai modal penting pemberdayaan umat. Masjid pun dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan kewirausahaan. Pengelola masjid dapat bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja, Balai Latihan Kerja (BLK), atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) masyarakat untuk memberikan pelatihan kerja sehingga angka pengangguran bisa ditekan.

 

Keteladanan

Pancasila adalah ideologi yang terbaik bangsa ini. Pancasila yang terdapat pada bagian pembukaan UUD 1945 adalah fondasi berdirinya NKRI. Pancasila perlu ditanamkan kepada semua bangsa Indonesia mulai dari lingkungan rumah, sekolah, hingga masyarakat. Walau demikian, hal yang sangat penting adalah KETELADANAN para pemimpin dan tokoh bangsa. Bukan hanya sekedar jargon-jargon yang kosong akan makna dan penuh seremonial, tapi tercermin dalam aksi nyata mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun