Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pilpres dan Arah Suara Generasi Milenial

9 Januari 2019   16:20 Diperbarui: 9 Januari 2019   16:50 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilpres yang akan dilaksanakan bersamaan dengan pemilu serentak tanggal 17 April 2019 tinggal beberapa bulan lagi. Masing-masing tim sukses pasangan capres dan cawapres yang bersaing semakin merapatkan barisan, menyolidkan dukungan, dan semakin menggencarkan kampanye melalui berbagai media. Tujuannya satu, yaitu untuk meraih simpati pemilih dan berujung dicoblosnya foto pasangan capres dan cawapres yang mereka usung di kotak suara oleh pemilih.

Setiap tim sukses tentunya memiliki tim kreatif yang akan mengemas tema kampanye dan memoles masing-masing capres dan cawapres yang didukungnya. Salah satu pemilih yang disasar oleh mereka tentunya pemilih muda atau dikenal dengan generasi millennial. Generasi millenial diidentikkan dengan pemilih yang berumur 17-35 tahun, dan saat ini sebanyak 34,4% masyarakat Indonesia berada pada rentang umur tersebut.

Suara generasi millennial tidak dapat dianggap entang dan justru dapat memberikan sumbangan suara yang signifikan bagi pasangan capres dan cawapres. Beberapa lembaga survei pun telah melakukan survei berkaitan dengan preferensi politik kaum muda pada pilpres 2019. 

Dan hasilnya masih bisa berubah karena pemilih muda adalah termasuk didalamnya pemilih pemula memiliki karakter sebagai pemilih yang rasional, mudah cair, dan menjadi pemilih mengambang (swing voter). Suaranya tidak dapat dipegang, bisa berubah kemana-mana tergantung tren, bahkan pada detik-detik jelang hari H pemungutan suara.

Pemilih dari generasi millennial juga dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan informasi dan aktif di media sosial. Mereka dengan sangat mudah mengakses profil dan track record capres dan cawapres. Mereka pun begitu aktif diskusi melalui media sosial, dan tidak dapat dipungkiri, generasi millennial pun terbelah antara yang mendukung paslon capres cawapres nomor urut 01 Joko Widodo -- KH Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno dengan berbagai alasanya. Bahkan diantara mereka ada yang mendirikan kelompok atau relawan-relawan pendukung capres -- cawapres.

Kedua timses paslon capres dan cawapres dan cawapres tentunya menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, baik saat sosialisasi maupun saat kampanye, ada yang khusus menggarap pemilih dari generasi millennial. Masing-masing paslon dicitrakan sebagai sosok yang muda, memiliki semangat orang muda, atau dekat dengan generasi muda.

Capres nomor urut 01 Joko Widodo dikenal sebagai sosok yang suka berpenampilan seperti anak muda. Seperti senang musik metal, memakai jaket bomber, memakai sepatu sport, menggunakan motor modifikasi, dan saat pembukaan Asian Games 2018 ditayangkan video presiden Joko Widodo mengendarai sepeda motor. Hal ini tidak dapat dipungkiri sebagai upaya mendekatkan dirinya dengan generasi millennial. Cawapres KH Ma'ruf walau secara umur sudah tidak muda lagi, tapi mendapat dukungan dari kalangan muda, misalnya dari kelompok santri.

Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, walau sudah senior, tetapi selalu tampil bugar dan bersemangat. Pidatonya memukau dan selalu berapi-api membakar semangat yang mendengarnya termasuk kalangan generasi muda. 

Dan cawapresnya, Sandiaga Uno adalah figur yang memang muda, secara usia tetapi kaya secara pengalaman, utamanya dalam bidang wirausaha, smart, santun, dan tajir. Penampilannya ketika kampanye santai, santun, dan dewasa. Dan hal ini tidak dapat dipungkiri menjadi faktor yang bisa memesona emak-emak dan generasi millennial.

Selain mengandalkan figur capres dan cawapres, para timses pun menyajikan iklan-iklan kampanye yang sesuai dengan usia dan pola pikir kaum millennial di era digital dan hi-tech. Selain itu, tentunya janji-janji kampanye yang menyentuh kepentingan kaum millennial seperti pendidikan dan penyediaan lapangan kerja.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) pun perlu menggiring generasi muda untuk menyalurkan hak pilihnya saat pemilu, tidak menjadi golput di tengah potensi tingginya angka golput di pilpres 2019. Di sisa-sisa masa kampanye ini, KPU pun harus melakukan sosialisasi pelaksanaan pemilu kepada para pemilih, termasuk para pemilih generasi millennial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun