Para pembaca mungkin pernah menonton acara reality show yang bertema tentang membantu orang yang kesusahan, orang miskin, orang yang punya hutang, atau menguji kepedulian seseorang terhadap orang lain melalui sebuah drama yang kadang memancing emosi.
Dalam acara tersebut, target yang akan diberikan bantuan biasanya diuji oleh model atau agen dengan dengan percobaan (eksperimen) sosial seperti dimintai tolong, dimarahi, atau dituding melakukan sebuah kesalahan untuk menguji kesabaran, kesungguhan, dan kejujurannya.
Baru setelah dianggap sudah lulus ujian, sang model atau agen menyampaikan bahwa dia sedang menguji sang target dan sebagai imbalannya, dia akan mendapatkan bantuan dari stasiun TV yang menyelenggarakan acara tersebut. Bentuknya bisa hutangnya dilunasi, diberi uang cash untuk dibelanjakan, atau rumahnya yang telah rusak dibedah atau diperbaiki.
Dibandingkan dengan acara-acara lain yang isinya hanya bersifat hiburan, acara reality show yang temanya membantu orang susah lebih ada manfaatnya.
Sebenarnya bukan hanya di stasiun TV, di youtube pun sudah banyak orang yang suka memosting berbagai eksperimen sosial yang dilakukannya baik yang dilakukan dengan sepengetahuan responden atau tanpa sepengetahuan responden. Walau kadang muncul anggapan bahwa eksperimen tersebut hanya sekedar iseng atau hiburan saja.
Dalam konteks pembelajaran, eksperimen dikenal sebagai salah satu metode yang digunakan oleh guru. Dalam kegiatan eksperimen, biasanya siswa diberikan tugas untuk praktek, meneliti, melakukan percobaan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, merangkai sebuah jaringan, menyusun bagian-bagian yang terpisah, dan sebagainya.
Metode eksperimen identik dengan mata pelajaran MIPA karena ketika ketika mendengar kata eksperimen yang ada dalam benak adalah percobaan di ruang laboratorium.
Eksperimen biasanya dilakukan untuk menguji sebuah dalil atau hipotesis untuk yang pada akhirnya menghasilkan sebuah kesimpulan atau produk.
Dalam perkembangannya, eksperimen tidak hanya identik dengan percobaan di ruang laboratorium, tetapi juga di luar ruang laboratorium, karena pembelajaran bukan hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.
Sebenarnya, dalam konteks yang lebih luas, kelas bukan hanya dimaknai sebagai sebuah ruangan ukuran sekian meter kali sekian meter, tetapi kehidupan dan pergaulan di tengah-tengah masyarakat pada hakikatnya adalah sebuah kelas atau laboratorium sebagai tempat belajar untuk para peserta didik.
Oleh karenanya, ilmu-ilmu sosial atau psikologi pun dapat menggunakan metode eksprimen melalui eksperimen sosial.