Dalam melakukan evaluasi implementasi SPMI, TPMPS melakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi, penyebab munculnya masalah, dampak jika belum tercapai, alternatif solusi yang akan dilakukan, kapan pelaksanaannya, siapa penanggung jawabnya, dan apa produk yang dihasilkannya. Jika berdasarkan hasil evaluasi, program-program tahun sebelumnya belum tercapai, maka perlu dibuat strategi baru agar tujuan dari program tersebut bisa dicapai.
Pada dasarnya, implementasi SPMI di sekolah bukan hanya kaitannya dengan status sebuah sekolah sebagai sekmod, tetapi merupakan amanat dari Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Pendidikan Dasar dan Menengah. Setiap sekolah pada dasarnya wajib menjalankan SPMI dalam mencapai 8 SNP.Â
Sekolah model hanya menjadi semacam sekolah binaan LPMP saja, yang ke depannnya diharapkan bisa menjadi contoh dan "menularkan" virus-virus penjaminan mutu kepada sekolah-sekolah imbas di sekitarnya sehingga semakin banyak sekolah yang menjalankan SPMI.
Salah satu upaya untuk "menularkan" virus penjaminan mutu pendidikan adalah melalui penyusunan praktik terbaik (best practice). Sekolah dapat menjelaskan kisah suksesnya dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya sehingga mutu sekolah  meningkat. Hal ini tentunya tidak lepas dari kreativitas dan inovasi sekolah dalam menyelesaikan berbagai persoalan tersebut.
Best Practice tidak selalu identik dengan langkah yang besar dan "revolusioner" yang dilakukan oleh sekolah, tetapi bisa juga melalui sebuah langkah kecil, penerapan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sederhana, tetapi efektif dan dampaknya terasa oleh sekolah.
Karakter utama best practiceadalah tindakan-tindakan taktis dan praktis untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam mengatasi masalah. Misalnya, meningkatkan kedisiplinan warga sekolah melalui penerapan budaya malu, peningkatan kesadaran warga sekolah dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah melalui Gerakan Pungut Sampah, peningkatan kemampuan guru dalam menyusun administrasi pembelajaran dan mengelola pembelajaran melalui diskusi grup terfokus KKG sekolah, dan sebagainya.
Dalam konteks gerakan literasi, penulisan best practice mendorong pendidik dan tenaga kependidikan untuk menulis. Hal-hal baik yang telah dilakukannya bukan hanya sekedar dilakukan dan "menguap" begitu saja, tetapi dituliskan, terdokumentasikan dengan baik, dan dapat memberikan manfaat bagi yang lainnya.
Secara umum, kendala yang dihadapi oleh pendidik dan tenaga kependidikan adalah menulis. Banyak hal yang sebenarnya positif dan bermanfaat yang telah dilakukannya, tetapi belum dituliskan, sehingga kebermanfaatannya hanya untuk diri sendiri saja, kurang diketahui oleh orang lain.
Evaluasi sekmod dapat menjadi sarana refleksi bagi setiap sekmod standar mana yang pencapaiannya sudah baik dan standar mana yang belum tercapai dengan baik. Sarana untuk meningkatkan komitmen TPMPS dalam mengimplementasikan SPMI sehingga budaya mutu dapat terbangun dan terwujud di sekolah. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H