Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Juara di Hati Siswa

28 Maret 2018   16:07 Diperbarui: 28 Maret 2018   16:12 7661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MENJADI GURU JUARA DI HATI SISWA

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)

Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai guru profesional, guru harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi kepribadian, dan (4) kompetensi sosial.

Semua sudah mafhum bahwa guru adalah ujung tombak pembelajaran dikelas. Guru adalah pelaksana dan pengembang kurikulum, bahkan sebagai kurikulum itu sendiri, karena apa yang dikatakan dan dilakukan oleh guru akan dicontoh oleh siswanya. Dengan kata lain, guru harus menjadi role model atau mental model bagi para siswanya.

Di tengah semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, maka peran guru semakin diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan mampu mengantarkan siswa-siswanya menjadi manusia yang selain cerdas secara intelektual, juga cerdas secara moral, sosial, dan spiritual.

Sosok guru yang diharapkan oleh siswa saat ini selain profesional dan cakap, juga menjalankan multi peran, yaitu sebagai guru, sebagai orang tua, dan sebagai teman diskusi, serta menjadi pendengar yang baik ketika siswa menyampaikan keluhan atau harapan-harapannya.

Guru yang bersahabat, murah senyum, dan bijaksana biasanya akan menjadi guru pavorit siswa. Dulu, waktu saya sekolah, ada istilah guru killer, yaitu guru yang galak, serius, pelit senyum, dan pelit memberi nilai kepada siswa.

Para siswa biasanya takut dan malas kalau ada jadwal pelajaran guru yang bersangkutan. Tapi kalau pas ada guru pavoritnya, apalagi guru tersebut penjalasannya mudah dipahami, humoris, berpenampilan rapi, para siswa senang mengikuti pelajarannya sampai waktu pelajarannya habis pun tidak terasa, karena mereka begitu semangat dalam belajar.

Ketika mengajar, guru diharapkan tidak hanya mengandalkan satu metode tertentu, karena situasi dan kondisi yang berbeda, serta karakteristik siswa yang beragam. Guru bukan hanya mengajar dengan pendekatan indoktrinatif, top-down, tetapi juga melalui pendekatan humanistik. Mendidik dengan hati. Niat mendidik yang keluar hati auranya akan berbeda, baik dari raut muka, tatapan mata, bahasa tubuh, dan sebagainya. Dan yang merasakan tentunya para siswanya. Disitulah akan terjadi interaksi edukatif yang berkualitas dan bermakna antara guru dan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun