Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)
 1 Desember 2017, bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. 12 Rabi'ul Awal 1439 H, guru-guru di Indonesia mengikuti puncak peringatan Hari PGRI ke-72 dan Guru Nasional (HGN) tahun 2017 di Stadion Patriot Kota Bekasi Jawa Barat. Menurut saya, ini adalah dua momen yang tepat sekali. Nabi Muhammad Saw. selain sebagai seorang pemimpin, juga adalah guru bagi istri dan para sahabatnya. Nabi Muhammad Saw. adalah tempat bertanya jika ada hal yang tidak dipahami. Nabi Muhammad Saw. adalah sang pencerah bagi umat, sedangkan guru adalah tempat bertanya dan pencerah bagi para muridnya.
Nabi Muhammad Saw. diturunkan untuk menyempurnakan akhlak manusia dan membebaskan kaum jahiliyah dari kebodohan, maka para guru bertugas membina akhlak para muridnya dan membebaskan mereka kebodohan sebagaimana amanat alinea IV pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Nabi Muhammad Saw. diturunkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, maka guru dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan menjadi rahmat bagi peserta didik, sesama rekan kerja, lingkungan sekolah, bahkan lingkungan tempat tinggalnya. Mengapa demikian? Karena guru dianggap sebagap sosok yang serba tahu, lebih berilmu dari masarakat biasa, dan mampu memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, di lingkungan masyarakat guru ada yang menjabat sebagai ketua RT, ketua RW, ketua Karang Taruna, ketua DKM, atau menjadi tokoh masyarakat.
Tema peringatan HUT PGRI ke-72 dan Hari Guru Nasional 2017 adalah "Membangkitkan Kesadaran Kolektif Guru dalam Meningkatkan Disiplin dan Etos Kerja untuk Penguatan Pendidikan Karakter". Kalau bicara disipin, etos kerja, dan akhlak mulia, maka Nabi Muhammad Saw. adalah sosok yang sangat layak jadi teladan bagi semua umat.
Nabi Muhammad Saw. adalah sosok yang dihormati kawan dan disegani lawan karena berdakwah melalui tindakan, bukan hanya sekedar kata-kata. Karena kejujurannya, Beliau dijuluki sebagai Al Amin. Begitupun dengan guru. Saya kira model dakwah Nabi Muhammad Saw. yang mengedepankan akhlak mulia dan aksi dapat menjadi model bagi guru dalam mendidik siswa-siswanya. Saya yakin guru yang demikian, pasti akan memiliki wibawa yang sangat luar biasa. Dihormati dan disegani baik oleh siswa maupun oleh rekan kerjanya, serta akan akan dikagumi oleh kepala sekolahnya.
Nabi Muhammad Saw. memiliki empat sifat wajib baginya, yaitu ; (1) sidiq, (2) amanah, (3) fathanah, dan (4) tabligh. Walau tentunya guru sebagai manusia biasa tidak akan mampu menyamai sifat-sifat sang manusia pilihan Tuhan, tetapi setidaknya dapat berusaha meniru sifat-sifat Nabi tersebut.
Guru mendidik siswa dengan penuh kejujuran dan untuk membentuk mereka menjadi manusia yang jujur, menjadikan siswa sebagai amanah yang harus dididik dengan sebaik-baiknya. Guru pun harus memiliki kompetensi sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetesi profesional, (3) kometensi kepribadian, dan (4) kompetensi sosial. Dan guru pun harus menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada para siswanya dengan penuh totalitas, tidak ada yang ditutupi. Itulah hakikat dari meneladani sifat Nabi Muhammad Saw. tersebut.
Tantangan yang dihadapi  oleh guru  saat ini sangat luar biasa. Guru harus berpacu dengan waktu dan perkembangan IPTEK dalam mendidik siswanya. Dampak globalisasi dan utamanya gadget saat ini sangat terasa. Media sosial (medsos) disamping menjadi sarana komunikasi dan silaturahim, justru ada yang berperan sebaliknya. Menjadi sarana menyebar fitnah, hoax, kebencian, hujatan, dan sumpah serapah. Pertemanan dan persaudaraan bisa terputus gara-gara berselisih di media sosial. Begitupun konflik bisa muncul gara-gara media sosial.