Ketika seorang pemancing merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika umpannya dimakan ikan dan kailnya ditarik-tarik oleh ikan yang berusaha untuk melepaskan diri dari kail pancing, maka kenikmatan seorang penulis adalah seorang penulis adalah ketika tulisannya selesai, banyak yang membaca, banyak yang memberikan apresiasi, bahkan mungkin saja tulisannya viral di media sosial.
Dampak dari tulisannya selain dari banyaknya orang yang terinspirasi, termotivasi, namanya juga menjadi terkenal. Secara ekonomi, mungkin saja mendapatkan keuntungan karena dapat penghasilan dari royalti buku, jadi narasumber pada berbagai seminar dan pelatihan menulis, bahkan jadi bintang iklan.
Ibarat suami-istri yang akan melakukan hubungan suami istri, maka untuk mencapai klimaksnya, maka perlu menyiapkan diri dengan baik, seperti kondisi fisik, psikis, dan lingkungan. Seorang penulis pun, kalau ingin mencapai klimaks dalam menulis, maka dia pun perlu menyiapkan fisik, mental, fokus, mencari waktu, tempat, dan suasana yang nyaman. Atau menciptakan sendiri kenyaman tersebut. Tentunya setiap penulis memiliki tempat, waktu, dan kenyamanan masing-masing dalam menulis. Ada yang harus berada dalam tempat yang sepi atau ramai, disertai musik, sambil merokok, ngopi, disertai cemilan, atau bisa menulis dalam setiap kondisi.
Seorang penulis hebat tentunya dia tidak ujug-ujug jadi begitu saja. Tetapi dia melalui proses yang lama dan penuh dengan kesulitan. Dengan perjuangan yang tak kenal lelah, maka dia pun mampu meraih buah manis dari hasil kerasnya. Itulah sejatinya "Orgasme literasi."Ingin menikmati "orgasme literasi?" menulislah dengan sepenuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H