Semua pihak sudah mafhum bahwa tugas utama guru mengajar dan mendidik peserta didik. Tanggung jawab pembangunan sumber sumber daya menusia di sekolah sepenuhnya dibebankan kepada guru. Guru adalah ujung tombak pembelajaran. Guru adalah pelukis masa depan anak-anak bangsa, dan sejumlah slogan lainnya. Intinya, peran guru sangat penting, sangat dibutuhkan, dan guru sangat berjasa terhadap bangsa dan negara.
Guru adalah profesi terhormat. Apalagi saat ini guru sudah disertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesi. Seiring dengan adanya peningkatan kesejahhteraan guru, maka profesi menjadi profesi yang banyak diburu. Bukan hanya sarjana yang berlatar belakang pendidikan sarjana pendidikan saja yang beminat menjadi guru, tetapi juga sarjana non kependidikan pun demikian. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa sarjana non kependidikan pun boleh menjadi guru.
Waktu guru banyak tersita oleh pelaksanaan tugas pokoknya. Apalagi ada kebijakan guru harus delapan jam berada di sekolah sesuai dengan jam kerja dan hari kerja PNS. Walau demikian, saya melihat bahwa tugas guru relatif lebih berat dibandingkan dengan tugas PNS pada umumnya.Â
Mengapa demikian? Karena selama delapan jam kerja tersebut, waktunya sangat padat dengan aktivitas mengajar di kelas. Para siswa tidak dapat ditinggalkan. Mengajar harus sesuai dengan jadwal. Walau kondisi badan lelah, tetap harus mengajar. Beda dengan PNS yang berinteraksi dengan benda mati seperti laptop, mereka dapat beristirahat, menunda pekerjaan dulu sampai kondisi badan sudah fit. Tidak akan "terganggu"oleh siswa yang mencari-cari ke ruang guru.
Dibalik beratnya tugas guru, saya ingin membahas sisi lain kehidupan guru. Karena guru pun adalah seorang manusia biasa dengan segala luka-liku hidupnya sebagai berikut.
1. Guru Perlu Hiburan
Di tengah banyaknya beban pekerjaan yang dipikul, guru perlu hiburan untuk melepas kepenatan. Jangan sampai wajah guru menjadi wajah-wajah kurang piknik. Walau demikian, jangan sampai kegiatan piknik guru menganggu KBM. Harus disesuaikan dengan kalender akademik.Â
Tapi, kalau melihat tren, saat ini guru-guru sudah banyak yang piknik. Bukan hanya ke tempat wisata di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri. Hal ini menandakan bahwa kesejahteraan guru sudah makin meningkat sekaligus rajin menabung. Dan ada juga yang piknik sebagai hadiah atas prestasinya.
2. Guru Berhak Menyalurkan Hobi
Selain mengajar, guru pun memiliki hobi, seperti menulis, berolah raga, fotografi, touring, lintas alam, hiking, memasak, bertani, dan sebagainya. Hal ini dapat dijadikan sebagai hiburan, sarana bersosialisasi, aktualisasi, eksistensi, bahkan banya yang bisa menjadi tambahan penghasilan. Hobi ada yang dilakukan seorang diri, tapi ada yang dilakukan bersama komunitasnya.
3. Guru Perlu Pengakuan