Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membakar Adrenalin Literasi

11 November 2017   21:46 Diperbarui: 11 November 2017   22:11 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah beberapa kali mengalami perubahan jadwal, akhirnya pada tanggal 11 November 2017, bertempat di SMKN 7 Baleendah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMK Kab. Bandung melaksanakan workshop menulis puisi dan essai. Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMK Kab. Bandung Lilis Yuyun menyampaikan bahwa kegiatan ini selain dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menulis, juga dalam rangka memperingati Bulan Bahasa Tahun 2017.

Setelah acara dibuka dan sambutan dari pembina MGMP, acara pun dimulai. Para peserta tampak cukup antusias menantikan materi yang akan disampaikan oleh saya yang diundang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Sebagai guru bahasa Indonesia, sebenarnya mereka sudah akrab dengan dunia menulis, karena menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa.

Seorang guru bahasa mengakui bahwa menulis merupakan keterampilan menulis yang paling sulit dikuasai selain membaca, menyimak, dan berbicara, karena menulis perlu disusun secara teratur dan sistematis, tidak bisa loncat-loncat dalam menyampaikan argumen. Selain itu, menulis juga perlu kehati-hatian dan ketelitian karena kalau ada kesalahan sulit untuk diperbaiki, apalagi kalau sudah terlanjur dicetak dan terlanjur menyebar.

Sebagai guru-guru Bahasa Indonesia, tentunya mereka sudah akrab dengan puisi dan essai. Oleh karena itu, pada kesempatan itu, saya tidak menceramahi mereka tentang teori-teori menulis puisi dan essai, tetapi mengarah kepada pendekatan pendekatan praktek.  Saya ingin mengembangkan literasi produktif. Saya memotivasi dan menantang mereka untuk menulis. Target saya, mereka mampu menghasilkan tulisan yang dihimpun menjadi buku antologi.

Walau tajuk acaranya adalah menulis puisi dan essai, tapi saya memberikan pilihan kepada para peserta jenis tulisan apa yang mau ditulis, dan 100% peserta memilih menulis puisi. Setelah disepakati, maka mereka pun mulai menulis puisi, dan masing-masing ditargetkan menulis lima judul puisi.

Para peserta tampak cukup antusias menulis bait demi bait puisi. Ada yang menyelesaikannya hanya dalam 1 s.d. 2 jam, tapi ada pula peserta yang tampak kesulitan mengembangkan idenya, sehingga tidak berhasil . Hal itu wajar saja, karena walau sama-sama guru bahasa Indonesia, tetapi memiliki kemampuan dan daya imajinasi yang berbeda, karena menulis puisi butuh selain butuh ketajaman ide, juga perlu ketajaman  dalam mengembangkan intuisi dan imajinasi. Puisi adalah bahasa kalbu. Puisi yang ditulis disertai penjiwaan akan memiliki ruh dan mampu menyampaikan pesan yang mendalam.

 Melalui kegiatan menulis puisi, adrenalin literasi mereka pun dibakar. Saya terus "memprovokasi" mereka untuk mau menulis, karena pada dasarnya mereka memiliki kemampuan menulis, bahkan ada diantara mereka yang telah menerbitkan buku, ada yang senang menulis puisi dan cerpen, hanya belum percaya diri untuk dibukukan.

Di sela-sela menulis puisi, ada beberapa peserta yang tampil ke depan dan membaca puisi, baik hasil karya sendiri, maupun hasil karya orang lain. Mereka melakukannya dengan apik. Saya bersama peserta yang lain menikmati pembacaan beberapa judul puisi tersebut.

Karena kemampuan dan waktu yang diperlukan untuk menulis puisi beragam, maka waktu pengumpulan puisi pun tidak satu hari, tetapi tiga hari, dari tanggal 11 s.d. 13 November 2017 dan paling lambat akhir Desember 2017 buku puisinya telah diterbitkan. Puisi-puisi tersebut dikumpulkan di ketua MGMP, lalu dikompilasi, diedit, untuk kemudian diproses penerbitannya. Dengan demikian, MGMP memiliki karya yang bisa dibanggakan sebagai wujud mereka membangun budaya literasi di kalangan para anggotanya. Setelah menulis buku secara "keroyokan", ke depannya diharapkan mereka mampu menulis buku secara mandiri.

Dalam konteks gerakan literasi, kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP Bahasa Indonesia SMK Kab. Bandung merupakan wujud nyata membangun budaya literasi, utamanya dikalangan guru, karena guru diharapkan menjadi penggerak utama gerakan literasi. Jangan sampai hanya para siswa selalu diminta untuk rajin belajar, rajin membaca, dan diberikan tugas menulis. Para guru pun harus mampu menjadi contoh yang baik bagi para siswanya dengan cara mampu menghasilkan karya nyata.

Adrenalin telah dibakar, virus telah disebarkan dan ditularkan. Kini tinggal menunggu kesungguhan dan komitmen para peserta dalam menulis tagihan lima judul puisi yang telah disepakati. Semoga target MGMP Bahasa Indonesia SMK Kab.  Bandung untuk menghasilkan buku dapat tercapai. Aamiin Yra...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun