Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Santri Masagi, Santri Mandiri, Santri Hebat

21 Oktober 2017   12:51 Diperbarui: 21 Oktober 2017   12:56 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Santri yang nantinya kalau sudah hidup di masyarakat disebut ustadz adalah sosok yang tidak digaji oleh pemerintah karena bukan pegawai pemerintah seperti halnya guru di sekolah. Oleh karena itu, seorang ustadz harus mandiri, tidak dilarang, bahkan sangat dianjurkan untuk berdagang atau berniaga. Hal ini pun dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw yang selain berdakwah juga berniaga. Oleh karena itu, pengelola pesantren selain membuka pesantren, juga membuka usaha dalam bentuk koperasi, toko, jasa travel dan umrah, dan sebagainya.

Pesantren selain mengandalkan sumbangan dari umat, juga harus mampu menghidupi dirinya sendiri. Peran kiai biasanya sangat sentral dalam pengelolaan sebuah pesantren. Para jamaah dari majelis taklim yang dibinanya banyak yang membantu ketika pesantren membangun fasilitas. Itulah keberkahan ilmu para ulama. Rezeki Allah selalu datang berkat doa dan ikhtiarnya.

Ketika santri sudah masagi dan mandiri, maka dia akan menjadi santri hebat. Inilah sosok santri yang ideal dan diharapkan. Untuk mewujudkannya, tentunya bukan hal yang mudah. Hal ini akan dipengaruhi oleh kurikulum pesantren, sikap, dan kedisiplinannnya dalam belajar. Santri yang demikian tentunya mampu menjadi pembawa perubahan terhadap lingkungan, disegani, berwibawa, dan tentunya menjadi teladan dan dicintai umat.

Santri-santri hebat bukan hanya pandai membaca kitab kuning atau piawai berceramah di atas panggung, tetapi juga mampu menjadi pencerah umat, membangun bangsa yang beradab dan bermatabat. Santri pun tidak hanya identik hanya untuk menjadi ustadz di kampung dan membuka majelis taklim, tetapi dapat berkiprah pada bidang yang lain, seperti menjadi birokrat, teknokrat, pengusaha, aparat hukum, dan sebagainya. Ilmu dan jiwa santri yang dimilikinya menjadi modal untuk berkarya dan melaksanakan tugas.

Momentum peringatan hari santri semoga menjadikan para santri semakin semangat dalam belajar dan semakin mandiri agar dapat menjelma menjadi santri yang hebat. Tantangan pembangunan bangsa semakin berat dan kompleks. Pemerintah (umara) tidak dapat bekerja sendiri. Pemerintah membutuhkan santri-kiai (ulama) untuk membangun negeri. Selamat Hari Santri Nasional 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun