Selain menggunakan film pendek, kampanye pencegahan bahaya narkoba juga bisa dilakukan melalui berbagai cara, antara lain; famflet, poster, buku saku, sosialisasi, penyuluhan dari berbagai pihak terkait, lomba menulis artikel anti narkoba, optimalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), integrasi dalam kegiatan pembelajaran, dan sebagainya. Â Intinya agar jangan sampai semakin banyak korban narkoba.
Tahun 2015, BNN merilis data bahwa setiap hari ada 50 orang yang mati gara-gara narkoba. Yang pihak yang banyak disasar adalah anak-anak, pelajar, dan mahasiswa. Mereka adalah generasi muda yang diharapkan untuk melanjutkan tongkat estafet pembangunan bangsa. Apa jadinya negeri ini kalau generasi mudanya banyak yang menjadi korban narkoba?
Jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 600.000-1,2 juta berada di Jakarta. (Kompas, 24/07/2017). Dan sebanyak 22 persen penggguna narkoba adalah pelajar dan mahasiswa (netralnews. 28/09/2017).
Dalam perkembangannya, selain jenis narkoba lama, juga banyak jenis narkoba baru. Tahun 2015 BNN merilis data 36 jenis narkoba baru. Kepala BNN Budi Waseso menyatakan bahwa saat ini 800 jenis narkoba baru yang menyerang dunia, dan yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah narkoba jenis Flakka yang juga diduga telah masuk ke Indonesia.
Flakka adalah jenis narkoba yang membuat penggunanya berhalusinasi, agresif, seperti "zombie" hingga otak hancur. Zat ini memiliki potensi 10.000 kali lebih kuat dibanding morfin. Selain itu, flakka juga mengandung senyawa kimia berupa MDPV (Methylenedioxypyrovalerone). Dalam sejumlah kasus, pengguna flakka merasa lebih kuat, percaya diri bahkan sampai-sampai ada yang menjadi gila. Seperti yang terjadi di Florida Selatan, Amerika Serikat, seorang pria merusak pintu kantor polisi saat dirinya masih dalam pengaruh Flakka. (detik.com, 30/05/2017).
Berdasarkan kepada hal tersebut di atas, sangat jelas narkoba sangat berbahaya bagi generasi bangsa dan dampaknya sangat mengerikan. Mengingat sudah banyak korban jiwa akibat narkoba, maka tidak salah jika Indonesia saat ini  darurat narkoba. Tidak ada elemen masyarakat yang bersih dari korban narkoba. Mulai dari politisi, artis, hakim, jaksa, anggota TNI/Polri, pelajar, mahasiswa, wirausahawan, sampai kepada orang yang kerja serabutan.
Hal tersebut perlu penanganan yang serius dengan melibatkan berbagai pihak terkait seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat. Indonesia bukan lagi tempat transit atau tempat peredaran narkoba, tetap juga tempat memproduksi narkoba. Kepala BNN Budi Waseso menyatakan bahwa Indonesia adalah pangsa pasar terbesar untuk penjualan narkoba, sedangkan negara terbesar pengimpor adalah China dan Thailand.
Masih lemahnya penegakkan hukum dan masih adanya oknum aparat yang masih bisa disuap oleh bandar-bandar besar menyebabkan pemberantasan narkoba susah dilaksanakan. Ironisnya, justru Bandar-bandar narkoba mengatur bisnisnya dari balik penjara dengan menyuap oknum sipir penjara. Sebenarnya hukuman mati telah diberlakukan kepada bandar-bandar besar narkoba, tetapi nampaknya belum memberikan efek jera.
Berdasarkan kepada hal tersebut, Kepala BNN Budi Waseso menyampaikan akan memberlakukan tembak ditempat kepada pengedar dan bandar narkoba yang melawan saat ditangkap karena mereka adalah perusak mental generasi bangsa. Mereka dapat dikatakan sebagai penjahat kemanusiaan.
Selain penindakan, penegakkan hukum, dan pemberantasan bandar-bandar narkoba, hal yang tidak kalah penting adalah pencegahan seperti yang dilakukan melalui pembuatan iklan layanan masyarakat edisi Sopo Jarwo tersebut. Selamatkan generasi muda Indonesia dari narkoba. Generasi sehat, generasi bebas narkoba. Prestasi yes, narkoba no.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H