Walau demikian, ketika seseorang telah berikrar dirinya ingin hijrah, maka tentunya perlu upaya yang kuat untuk melakukannya. Bukan hanya sekedar slogan-slogan yang indah. Perubahan diawali dengan hal yang sederhana, dari hal yang kecil, mulai dari saat ini, dan utamanya mulai dari diri sendiri. Jika mampu bersikap istikamah, maka dia akan mendapatkan kepuasan batin yang tidak terhingga.
Begitupun dalam dunia literasi. Memulai membaca itu luar biasa malasnya. Pelajar, mahasiswa, guru, dosen pun belum tentu semuanya rajin membaca, apalagi menulis. Mau membaca atau menulis kalau kebetulan ada tugas, dan itu pun biasanya mendekati deadline alias sistem kebut semalam.
Kalau ditanya apakah membaca penting? Saya baik yang rajin ataupun malas membaca akan menjawab penting. Kalau yang rajin membaca akan menjawab dengan percaya diri dan menyebutkan jenis-jenis buku yang telah dibacanya, sedangkan yang malas membaca akan menjawab penting juga, tetapi juga sekaligus mengemukakan sekian banyak alasan mengapa dia belum mau membaca.
Bagi yang tahun ini berkomitmen untuk berhijrah, memperbaiki dirinya dalam bidang literasi, maka mulailah dengan membaca dan selanjutnya belajar menuliskan apa yang ada dalam pikirannya. Tidak terlalu memikirkan kualitas tulisannya, abaikan rasa takut dicemooh orang lain, jadikan kritik sebagai gizi untuk semakin meningkatkan kualitas. Musuh terbesar dalam hidup ini adalah diri sendiri.
Hijrah literasi akan membuat seorang muslim bertambah ilmu pengetahuannya, semakin melek terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin tercerahkan dan dapat mencerahkan. Hijrah literasi sangat relevan dengan ajaran Islam yang memerintahkan umatnya Iqrauntuk membangun peradaban. Oleh karena itu, mari berhijrah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H