Kitab-kitab yang dipelajari oleh para santri adalah karya-karya literasi para syaikh dan ulama besar. Secara fisik, memang para santri tidak bertemu dengan fisik para syaikh dan ulama tersebut, tetapi mereka bisa "bertemu", bercengkrama, dan mendalami karya-karya masyhur yang telah berusia ratusan tahun.
Kitab yang dibaca dan dipelajari oleh para santri adalah cerminan ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang dituliskan akan bertahan lama dibandingkan dengan ilmu yang hanya diucapkan, karena akan lupa atau dilupakan. Oleh karena itu, para santri disamping membaca dan memahami kitab, juga dilatih untuk pandai menulis, baik menulis materi, bahan ajar, dan menulis sastra seperti sajak sebagai media untuk menyebarkan ilmu agama, pesan moral, dan pesan kemanusiaan.
Dengan menulis, sebuah ilmu menjadi abadi, dapat dipelajari sepanjang hayat. Ali bin Abi Thalib berpesan "ikatlah ilmu dengan menuliskannya." Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa meninggal dan warisannya berupa tinta dan pena (yang dituliskan dalam buku) akan masuk surga. Dan seorang penyair Arab pernah berkata "Mereka meninggal dan tersisalah apa-apa yang mereka perbuat dana seakkan-akan peninggalan abadi mereka hanyalah apa yang mereka tulis dengan pena."(Al-Jahidz). Maka jadilah santri pembaca, santri penulis, santri literat, santri yang akan mencerahkan umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H