Oleh:
IDRIS APANDI
Setelah meluncurkan atikan (pendidikan) istimewa, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kini membuat gerakan pendidikan vokasional. Peserta didik bukan hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar juga di luar kelas. Setiap peserta didik diwajibkan untuk ikut kepada orang tuanya. Ada yang pergi ke pasar, sawah, ke kandang ternak, kantor, atau membantu pekerjaan orang tua di rumah.
Tujuannya agar anak-anak mengenal pekerjaan orang tuanya dan memahami begitu beratnya orang tua mereka mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Dalam konteks pendidikan karakter, hal ini merupakan bagian dari upaya menumbuhkan rasa cinta dan rasa hormat terhadap orang tua yang telah susah payah mengurusnya.
Mereka mengamati, membantu, sekaligus berlatih untuk melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan demikian, para peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan. Dalam kaitannya dengan sikap, peserta didik belajar untuk berkomunikasi, bertatakrama ketika melayani atau berinteraksi dengan orang lain. Melalui observasi, peserta didik akan mendapatkan data dan informasi. Kepekaan mereka dilatih. Melalui kegiatan bertanya melatih kepercayaan diri dan mengasah sikap kritisnya untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Melalui pembelajaran di luar kelas, para peserta didik diberikan kesempatan merasakan dunia nyata. Sebuah hal yang jarang ditemui ketika belajar di dalam kelas. Di pasar mereka dapat mengamati aktivitas jual beli, tawar menawar, dan sebagainya.
Di sawah, dapat melihat dan berlatih bagaimana cara bercocok tanam dan bagaimana cara menggunaan alat-alat pertanian. Di kantor-kantor pelayanan publik, dapat mengetahui prosedur dan teknis pelayanan publik. Bahkan mereka pun bisa sekaligus berlatih untuk melayani publik untuk hal sederhana, misalnya bagaimana cara menyambut dan melayani tamu dengan baik. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan oleh mereka.
Dalam konteks pengalaman belajar, hal yang dilakukan oleh Kang Dedi  disebut sebagai pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik. Melalui metode inquiry¸ discovery,dan problem solvingpeserta didik aktif dalam proses menemukan alternatif pemecahan masalah hingga menemukan sesuatu yang baru sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialaminya. Siswa dapat menemukan jawaban dan membangun pemahaman sendiri terhadap sebuah konsep yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kelas bukan hanya diartikan sebagai sebuah ruangan berukuran sekian meter kali sekian meter, tetapi sebuah lingkungan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada mereka. Pada ruang kelas, para peserta didik kadang hanya mendapatkan pengetahuan secara teoritis saja, tetapi melalui pembelajaran di luar kelas, disamping memiliki pengetahuan, juga mendapatkan keterampilan, serta dapat melatih sikapnya.
Banyak lulusan sekolah, mereka hanya jago teori, tetapi ketika harus praktek atau terjun ke masyarakat mereka bingung karena kurangnya kesempatan untuk berlatih atau mengasah keterampilan pada saat sekolah. Pembelajaran menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu, Kang Dedi meluncurkan kebijakan pendidikan vokasional agar pendidikan dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh peserta didik.
Para orang tua pada awalnya mungkin akan merasa heran, karena berpikir seumur-umur baru kali ini diikuti oleh anaknya bekerja dan ikut membantu pekerjaan orang tuannya. Selain untuk  menumbuhkan rasa hormat kepada orang tua, juga melatih untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialiasi dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia disamping makhluk individu, juga makhluk sosial.