Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PON dan Pendidikan Karakter

16 September 2016   20:53 Diperbarui: 16 September 2016   21:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo dan Maskot PON XIX Jabar (Gambar : bola.com)

Selain itu, kesuskesan PON juga tidak lepas dari kerjasama semua pihak, mulai dari panitia, atlet, offisial, suporter, wasit, tenaga keamanan, pengelola transportasi, pengelola akomodasi, pengelola data dan informasi, media, sponsor, dan sebagainya.

Kelima, pengendalian emosi.Sebuah pertandingan atau perlombaan tidak lepas dari emosi baik para atlet, pelatih, offsial, maupun para pendukungnya. Pertandingan menjadi sangat menegangkan ketika terjadi saling kerja angka, atau memasuki injury time.Kadang aksi protes terjadi ketika menilai ada pelanggaran atau kecurangan. Marah ketika merasa dicurangi, senang dan terharu ketika menang, dan sedih atau kecewa ketika kalah. Emosi campur aduk dalam sebuah pertandingan.

Keenam, kreativitas.PON bukan hanya sekedar pesta olah raga, tapi juga ada kreatifitas. Mulai dari desain logo dan maskot PON, penataan venuepertandingan, desain seragam panitia, atlet, offisial, wasit, cinderamata, dan berbagai perlengkapan lainnya. Semuanya membutuhkan sentuhan tangan-tangan kreatif. Seorang pelatih dan atlet pun perlu kreatif dalam menyusun dan mengatur strategi agar bisa memenangkan pertandingan.

PON pun telah melahirkan ekonomi kreatif. Jiwa wirausaha muncul. Ekonomi kerakyatan bergulir. Momen PON banyak digunakan untuk menjual barang atau merchandise bertema PON. Apalagi Bandung dikenal sebagai kota kreatif. Banyak anak muda kreatif yang melahirkan karya-karya yang unik dan menarik. Hal tersebut tentunya menjadi daya tarik tersendiri dari penyelenggaraan PON.

Ketujuh, menghargai kearifan lokal.Maskot PON XIX Jawa Barat adalah Surili, yaitu sejenis kera (Presbytis comata) primata asli Jawa Barat yang saat ini populasinya hanya 4.000 - 6.000 ekor. Keberadaannya hanya dikawasan hutan konservasi Taman Nasional Gede Pangrango. Sebagai maskot PON, "Surili" didandani dengan memakai "Iket" sebagai ciri masyarakat Jawa Barat yang memiliki karakter nilai luhur ke-Jawa-Baratan, yaitu : "Cageur, Bageur, Bener dan Pinter."

Adapun 'Kujang' yang menjadi Logo PON sebagaimana tercantum pada naskah kuno Sanghyang Siksa Ng Karesian (1518 M) merefleksikan ketajaman dan kritis dalam kehidupan sekaligus melambangkan kekuatan dan keberanian masyarakat Jawa Barat. (Sumber).

Selain maskot dan logo PON, budaya daerah pun tentunya ditampilkan baik dalam upacara pembukaan maupun upacara penutupan. Daerah­-daerah yang menjadi lokasi pertandingan atau perlombaan pun dapat memunculkan seni, budaya, kerajinan, atau kuliner khas daerahnya untuk diperkenalkan kepada setiap tamu yang datang.

Demikian tujuh nilai pendidikan karakter yang dapat diambil dari penyelenggaraan PON. Semoga PON bukan hanya sebagai ajang pesta olah raga, tetapi juga dapat diambil pelajarannya. Dan Semoga Jawa Barat dapat sukses, baik sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, maupun sukses administrasi. Selamat berjuang kontingen Jawa Barat. Do’a dan dukungan warga Jawa Barat menyertaimu. Jawa Barat Kahiji, dan atlet Jawa Barat berjaya di tanah legenda.

Penulis, Praktisi Pendidikan, Warga Kab. Bandung Barat Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun