Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mati Bahagia Ala Freddy Budiman

31 Juli 2016   13:40 Diperbarui: 31 Juli 2016   17:36 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : IDRIS APANDI

Gembong narkoba Freddy Budiman telah dihukum mati 29 Juli 2016 dini hari. Ketika Peninjauan Kembali (PK) ditolak oleh MA, Freddy sadar bahwa saat eksekusi akan segera tiba.

Dia pasrah, menerima dengan lapang dada. Oleh karena itu, dia lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah. Dia bertaubat, meminta ampunan kepada-Nya atas kesalahan yang telah dia perbuat. Allah adalah dzat yang Maha Pengampun. Sebelum ajal menjemput, pintu taubat selalu terbuka bagi setiap hamba-Nya.

Freddy ingin mengakhiri hidupnya dengan Khusnul khatimah. Sebagai mantan gembong narkoba, dia berpesan kepada generasi muda agar menjauhi narkoba karena merusak moral bangsa. Dia pun sadar bahwa bisnis narkoba adalah bisnis haram. Sebanyak apapun keuntungan yang didapatkan tidak akan berkah. Setiap orang tua, sejahat apapun pasti berharap anaknya menjadi anak yang shaleh. Oleh karena itu, dia pun berpesan kepada anaknya untuk menjadi Kiai.

Di penjara Freddy telah banyak mendapatkan pelajaran hidup. Dia telah banyak berkontemplasi tentang makna dari hidup dan kehidupan. Apa tujuan hidup manusia dan akan kemana manusia setelah mati? Hidayah memang bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Intinya, jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah.

Sebuah pribahasa mengatakan lebih baik mantan penjahat daripada mantan ustadz. Hal itu menunjukkan kita jangan mudah menghakimi seseorang jahat, atau kita lebih shaleh dari orang lain karena yang paling tahu derajat keimanan dan ketakwaan seseorang adalah Allah SWT.

Berbahagialah Freddy Budiman karena dia tahu kapan dia akan mati. Setidaknya dia dapat mempersiapkan datangnya ajal dengan sebaik-baiknya. Dia bisa memperbanyak ibadah dan meminimalisasi berbuat maksiat.

Di kampung kelahirannya, Surabaya, Freddy dikenal sebagai sosok yang dermawan. Warga tidak tahu persis apa bisnis yang sebenarnya digelutinya, tetapi mereka terkejut ketika dia ditangkap polisi karena terlibat jaringan narkoba internasional.

Freddy sudah mendapatkan hukumannya di dunia, dan alangkah bijaknya kita tidak lagi mempersoalkan lagi jejaknya di dunia hitam. Kita justru harus mengambil hikmah atau pelajaran dari kisahnya. Seorang bandar narkoba yang berubah menjadi sosok yang religius.

Sepintas hukuman mati yang dijatuhkan seperti kejam, tetapi justru itulah yang terbaik bagi dirinya. Andai saja dia masih bebas atau hanya dihukum ringan atau seumur hidup, dia belum tentu menjadi sosok yang religius. Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Hanya orang sombong yang mengaku bahwa dirinya dirinya tidak punya dosa.

Bagi Saya, Freddy telah mengakhiri hidupnya dengan bahagia walau harus mati diujung senjata tim eksekusi. Bagaimana dengan kita? Kita pun tentunya ingin mati dengan khusnul khatimah, dan dengan cara yang baik pula, tidak bernasib seperti Freddy Budiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun