Oleh:
IDRIS APANDI
Rabu, 13 Juli 2016 merupakan hari yang bersejarah sekaligus berkesan bagi Saya karena Saya mendapatkan kesempatan yang sangat berharga untuk bertemu dengan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang akrab disapa Kang Dedi. Impian itu menjadi kenyataan. Itulah kalimat yang ada dalam benak Saya ketika berkesempatan bertemu secara langsung dengannya, seorang pemimpin muda yang dikenal inovatif, berkarakter, sehingga Purwakarta menjadi daerah yang istimewa.
Saya sangat senang, karena tidak setiap orang memiliki kesempatan tersebut, dan belum tentu terulang lagi. Oleh karena itu, dari awal mendapatkan undangan untuk bertemu dengannya, Saya akan mengajaknya selfie sebagai bentuk dokumentasi sekaligus sebagai “bukti fisik” bahwa Saya pernah bertemu dengannya.
Saya diterima oleh Beliau di Rumah Dinas Bupati. Saya didampingi seorang Staf Disdikpora, Dede Supendi. Ketika Saya memasuki gerbang rumah dinas, Saya melihat sebuah bangunan yang megah dan memiliki karakteristik yang khas.
Sebagai tamu, Saya diwajibkan untuk mengisi buku tamu oleh petugas yang berjaga. Lalu diminta untuk menunggu beberapa saat di pos jaga. Tidak lama kemudian, Saya diminta untuk masuk ke rumah dinas bupati. Di depan rumah tampak berjejer sepeda onthel yang mungkin biasa digunakan oleh Bupati. Lalu, ada beberapa hewan peliharaan di dalam kandang-kandang, seperti anjing penjaga dan ayam-ayam pelung yang diberi nama.
Saya pun memasuki rumah dinas bupati, lalu menunggu di ruang tunggu. Kebetulan Kang Dedi sedang menerima tamu. Saya beserta pak Dede menunggu giliran untuk bertemu. Sambil menunggu, mata Saya pun melihat-lihat ruang tamu dengan dekorasi yang khas dan beberapa lukisan. Saya pun menyempatkan diri untuk selfie-selfie.Maklum, baru pertama kali masuk, dan ini adalah kesempatan yang langka.
Dan giliran kami pun tiba. Di ruangan sudah sudah ada Kang Dedi dan Sekdis Disdikpora H. Purwanto, M.Pd. Saya dan Pak Dede pun bersalaman kepada Kang Dedi, lalu dipersilakan duduk di kursi tamu. Suasana akrab sangat terasa. Saya tidak merasa seperti seperti bertemu dengan seorang pejabat yang kadang formal, kaku, dan protokoler. Kami pun berbincang-bincang dengan santai.
Setelah Saya menyampaikan kata-kata pembuka, Kang Dedi pun menimpalinya. Beliau menyampaikan bahwa akademisi dan penguasa harus sinergi dan saling melengkapi, karena dua pihak ini diperlukan dalam membangun bangsa dan negara. Akademisi tugasnya adalah berpikir dan menawarkan berbagai konsep untuk membangun bangsa dan negara penguasa, dan penguasa adalah pihak yang memiliki kewenangan untuk menindaklanjuti atau mengeksekusi berbagai pemikiran tersebut melalui kebijakan-kebijakannya.
Filosofi Sunda
Kang Dedi memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang ingin menghidupkan nilai-nilai kesundaan. Ada pernyataannya yang menarik yang disampaikan oleh Kang Dedi, yaitu filosofi orang sunda itu sederhana, yaitu “kaluhur sirungan, ka handap akaran” yang kalau Saya tafsirkan adalah hidup harus bisa terus tumbuh, dan memiliki fondasi atau kepribadian yang kuat agar tidak terpengaruh oleh budaya-budaya yang kurang baik.