Ketika mudik ke kampung kampung halaman yang hanya beberapa hari, seseorang menyiapkan banyak bekal, bahkan jauh-jauh hari telah menabung buat mudik. Kalau pun kekurangan bekal, bisa meminjam kepada yang lain. Sekarang kita bertanya kepada diri kita masing-masing, sudah berapa banyak bekal yang sudah disiapkan untuk mudik kepada keabadian? Di alam sana, hanya amal kebaikan masing-masing manusia ketika hidup di dunia yang dapat membantunya. Dia tidak dapat dibantu atau membantu orang lain, walau kepada orang tua, suami, istri, atau anak-anak yang dicintainya. Setiap manusia mempertanggung jawabkan diri mereka masing-masing dihadapan-Nya. Oleh karena itu, melalui momentum ramadhan ini, seorang muslim bukan sekedar memikirkan mudik yang hanya dilakoni beberapa hari saja, tapi mudik kepada keabadian alias kematian. Itulah sejatinya nilai spiritualitas mudik.
Indramayu, 20 Ramadan 1437 H/ 25 Juni 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H