[caption caption="Rasa dihargai adalah kebutuhan dasar setiap manusia. (Ilustrasi : drivingresultsthroughculture.com/)"][/caption]“Selamat ya atas peluncuran bukumu yang baru. Kapan nih ngajakin kita makan-makan? Aku dapat dong edisi gratisannya? Hehe...” Kalimat itu disampaikan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja meluncurkan buku baru. Menanggapi perkataan temannya, orang yang dimintai tersebut pun hanya senyum simpul dan menjawab alakadarnya “ya... ya.. nanti ya... aku kasih.” Sambil bergegas pergi meninggalkan temannya tersebut.
Minta ditraktir adalah hal yang sering terdengar atau terucap mungkin oleh kita ketika melihat ada teman yang ulang tahun, naik pangkat, lulus kuliah, punya rumah baru, punya kendaraan baru, atau menghasilkan karya baru. Bercanda? Mungkin saja ucapan tersebut adalah sebuah candaan kita kepada teman tersebut, tetapi sang teman belum tentu menyikapinya dengan candaan, dibalik jawabannya yang juga bercanda. Dalam hatinya, mungkin dia terbebani karena harus menyiapkan sejumlah dana yang tidak kecil agar bisa mentraktir teman-temannya, atau harus menyiapkan sekian banyak paket edisi gratisan yang akan dibagikan kepada teman-temannya.
Sebuah candaan akan berubah menjadi hal yang serius ketika permintaan tersebut disampaikan berulang-ulang. Permintaan tersebut harus dipenuhi untuk membuktikan kita adalah orang yang “bersyukur” dan dermawan kepada orang lain, walau kita sendiri harus berkorban.
Kita mungkin tidak mengetahui bahwa teman kita yang baru menghasilkan karya baru tersebut begitu lelah dalam berjuang dan telah banyak mengorbankan tenaga, biaya, dan waktu yang tidak sedikit untuk menghasilkan karya tersebut. Kita kadang-kadang tidak mempertimbangkan dan melihat hal tersebut. Yang dilihat hanya keberhasilannya saat itu, bukan prosesnya mencapai keberhasilan.
Kita dengan enteng minta ditraktir atau minta paket gratisan kepada teman kita. Atau, kalau mau beli pun minta diskon yang besar plus minta diberikan bonus. Siapa sih yang tidak senang ditraktir, diberikan paket gratisan, diberikan diskon, atau diberikan diskon? Saya sendiri pun senang tentunya.
Kita suka bilang bahwa kita menghargai teman kita, tapi perkataan, sikap, dan perbuatan teman kita kurang mencerminkan hal tersebut. Jika kita ingin menghargai karya teman kita, maka cara yang bisa dilakukan adalah dengan membelinya. Menawar boleh-boleh saja, tapi hangan kebangetan, mentang-mentang sama teman, jangan minta diskon yang tinggi, apalagi ditambah minta bonus. Ini mau membeli atau memaksa meminta dengan berkedok membeli?
Jika kita melihat teman kita yang sukses, kita cukup mengucapkan selamat dan mendo’akannya, tidak perlu meminta ini dan itu darinya, kecuali jika memang dia telah menyiapkan paket gratisan, diskon, atau bonus. Jika kita menginginkan hasil karyanya, alangkah baiknya kita sampaikan bahwa kita ingin membelinya. Saya yakin dia pun akan punya kepekaan. Kalau moodnya lagi bagus, tidak tertutup kemungkinan dia memberikan diskon atau bahkan memberikannya secara cuma-cuma. Hal yang penting kita lakukan adalah menghargai hasil karyanya terlebih dahulu.
Saya pernah punya pengalaman menarik. Suatu saat teman Saya mengatakan bahwa dia akan membeli buku karangan Saya, lalu Saya pun menjawab bahwa Saya akan memberikannya secara cuma-cuma, tetapi teman Saya tersebut keukeuh ingin membelinya, dengan alasan biar lebih puas membacanya daripada diberi. Dan, Saya pun akhirnya “menyerah” dengan menerima uang pembelian darinya.
Ketika melihat teman kita sukses, kita perlu mengapresiasi keberhasilan atau kesuksesan teman kita, mendo’akannya supaya makin sukses, dan kita pun minta do’anya supaya bisa sukses seperti dia. kita pun dapat menimba ilmu, meminta tips-tipsnya supaya bisa sukses, sehingga kita pun dapat mengikuti jejaknya. Insya Allah, jika kita memintanya dengan baik-baik, teman kita pun tidak akan enggan untuk berbagi kisah suksesnya. Sukses pribadi berdampak kepada sukses bersama. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang sangat indah dan diharapkan oleh semua orang.
Sebagai teman baik, alangkah baiknya jika kita pun ikut mempromosikan hasil karyanya, tentu teman kita akan sangat senang. Yakinlah bahwa kebaikan kita terhadap orang lain adalah modal sekaligus investasi amal kita di masa yang akan datang.
Penghargaan adalah adalah kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kita wajib saling menghargai, jangan pelit untuk menghargai keberhasilan atau hasil karya orang lain, walau hanya dengan jabat tangan atau ucapan selamat. Memang kadang-kadang ada basa-basinya, tetapi tidak menjadi masalah juga jika basa-basi tersebut tidak terlalu lebay.