Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wisata Gerhana

6 Maret 2016   17:57 Diperbarui: 6 Maret 2016   18:14 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tanggal 9 Maret 2016 akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT) di Indonesia. (Foto Ilustrasi : www.radarindo.com)"][/caption]

Oleh:
 IDRIS APANDI

 

Tanggal 9 Maret 2016 diprediksikan akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT) di Indonesia. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memperkirakan terdapat 12 provinsi yang akan terlewati GMT, antara lain Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi. Namun, tidak semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana. Lama GMT  di Indonesia 1,5-3 menit.

GMT di Indonesia terakhir terjadi tahun 1983. Pada waktu itu, pemerintah melarang masyarakat melihat GMT maka ada kekhawatiran menyebabkan  kebutaan pada mata. Tapi saat ini, pemerintah justru mengajak masyarakat melihat GMT. Selain adanya anjuran untuk melaksanakan shalat gerhana, berdzikir, dan berdo’a, warga masyarakat antusias ingin melihat GMT. Boleh melihatnya dengan mata telanjang, tetapi disarankan melihatnya dengan menggunakan kaca mata khusus atau teleskop supaya lebih jelas. 

Para wisatawan dan peneliti baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri sudah ada yang mendatangi wilayah yang akan terlewati GMT, serta melakukan berbagai persiapan. Fenomena alam ini menjadi berkah tersendiri bagi warga yang daerahnya terlewati GMT. Hotel-hotel sudah banyak full booked, karena banyak wisatawan yang memesan kamar.  Para pedagang pun tentunya akan mendapat keuntungan.

Berdasarkan kepada hal terseut di atas, maka GMT bukan hanya sebagai sebuah fenomena alam, atau tanda kekuasaan Allah, tetapi juga sebagai bentuk pariwisata. Hal ini sah-sah saja. GMT yang dulu banyak berisi mitos, justru saat ini banyak dinanti-nantikan.

Masyarakat begitu antusias menyambut GMT. Di Jogjakarta, BMKG dan masyarakat kota gudeg tersebut menyiapkan acara nonton bareng GMT dengan  tajuk “Jogja Melihat Gerhana”. Di Bandung, observatorium Boscha yang berada di Lembang menjadi tempat pavorit bagi warga Bandung dan wisatawan yang sedang berlibur ke Bandung yang ingin melihat secara langsung peristiwa yang terjadi dalam siklus 30 tahunan tersebut. Jika melewatkan momen GMT tanggal 9 Maret 2016, maka baru bisa menikmatinya pada 20 April 2023. Observatorium Boscha disamping menjadi tempat penelitian astronomi, juga sekaligus tempat wisata edukasi.

Dengan melihat tingginya antusiasme warga melihat GMT, maka tidak berlebihan fenomena ini disebut sebagai wisata gerhana. Wisata ini, bisa diartikan dalam konteks wisata religi, wisata edukasi atau IPTEK, dan wisata dalam artian pada umumya yaitu piknik.

Dari perspektif agama, GMT merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan shalat gerhana, berdzikir, dan berdoa, memuji dan meminta ampunan kepada-Nya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan beberapa organisasi keagamaan lainnya telah mempersiapkan rangkaian acara menyambut GMT mulai dari shalat subuh berjamaah sampai melaksanakan shalat gerhana. GMT juga sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan rasa syukur kepada Allah SWT.

Dari perspektif edukasi dan IPTEK, GMT merupakan sebuah fenomena alam yang langka, luar biasa, sekaligus istimewa. Gerhana Matahari terjadi saat posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Meskipun bulan berukuran lebih kecil, bayangan bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari bumi lebih dekat dibandingkan matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun