Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejujuran Itu (Ternyata) Masih Ada

5 Agustus 2015   17:15 Diperbarui: 5 Agustus 2015   17:29 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saya bersama Bentang (tengah) dan Dendi (kiri), dua pemuda jujur yang menemukan dompet Saya yang jatuh dan menyerahkannya kembali dalam keadaan utuh."][/caption]

Selasa, 4 Agustus 2015, sesaat setelah berhenti di sebuah jasa titipan paket kilat di Gadobangkong KBB, Saya sangat terkejut karena ketika saya akan membayar ongkos kirim paket, dompet yang Saya simpan di saku celana bagian belakang ternyata sudah tidak ada. Dompet Saya hilang. Perasaan panik bercampur bingung menggelayuti pikiran Saya pada waktu itu. Paket pun batal Saya kirim karena di saku celana hanya tersisa dua koin uang seribu rupiah, dan itu tentunya tidak cukup untuk membayar ongkos kirimnya.

Yang membuat Saya panik dan bingung bukan masalah uang yang hilang, karena uang yang hilang bisa dicari kembali, tapi surat-surat penting seperti KTP, SIM, STNK, Kartu ATM, Kartu Askes, dan Kartu NPWP. Kebayang ribetnya harus melapor kesana-sini dan membuat kembali surat-surat tersebut, karena kadang pelayanan birokrasi di Indonesia suka berbelit-belit.

Mengetahui dompet Saya hilang, saya termenung. Mengingat-ingat kembali kira-kira dimana dompet itu jatuh. Saya berinisiatif menelepon seorang kawan untuk meminta bantuannya. Siapa tahu dompet itu jatuh di kantin tempat kita bersama-sama makan siang. Jarak perjalanan Saya dari kantor ke jasa titipan paket kilat pun belum jauh. Oleh karena itu, Saya memutuskan kembali ke kantor.  Sambil mengendarai dengan kecepatan lambat, Saya melihat-lihat dengan teliti di sepanjang jalan yang dilalui dengan harapan Saya dapat menemukan dompet Saya tersebut, sampai akhirnya Saya sampai di kantor, dan hasilnya nihil. Dompet tidak ditemukan di kantor.

 

Dan Pertolongan Pun Datang

Saya mencoba untuk tidak putus asa, tanya sana-sini, menyusuri lingkungan kantor, dan menyusuri jalan yang dilalui, tapi hasilnya nihil, sampai akhirnya Saya menyerah dan akan melaporkan kehilangan dompet Saya ke polisi. Tetapi, sesaat setelah itu, tiba-tiba HP Saya berdering. Saya lihat, ternyata Istri Saya yang menelepon. Dia meminta Saya untuk segera pulang ke rumah karena ada dua orang laki-laki yang mengantarkan dompet ke rumah.

Mendengar hal tersebut, Saya sangat senang dan gembira. Saya segera bergegas pulang. Singkat cerita, Saya sudah sampai di rumah. Di ruang tamu, tampak ada dua laki-laki yang masih muda yang telah menunggu kedatangan Saya dengan sabar sekitar satu jam. Saya pun menghampiri dan menyalami mereka berdua. Dua pemuda itu bernama Bentang dan Dendi. Mereka mengaku kedatangannya untuk menyerahkan  dompet yang mereka temukan di Babakan Cianjur Cikandang. Daerah itu tidak begitu jauh dari kantor tempat Saya berkerja. Mereka menemukan rumah Saya melalui alamat yang tertera pada SIM saya.

Mereka menceritakan kronologis penemuan dompet itu, dan memutuskan untuk menyerahkannya kepada Saya. Setelah menyampaikan kronologis ditemukannya dompet tersebut, mereka menyerahkan dompet tersebut dan meminta Saya untuk memeriksanya apakah masih lengkap atau ada yang hilang. Setelah Saya periksa, alhamdulillah, dompet beserta isinya dalam keadaan utuh.

Saya sangat bersyukur dan sangat berterima kasih kepada mereka berdua. Pertolongan Allah datang melalui tangan mereka. Mereka orang jujur dan berhati mulia. Walau rumah Saya lumayan jauh, sekitar satu jam perjalanan dari lokasi hilangnya dompet Saya, tapi mereka dengan tulus menyerahkannya ke rumah Saya.

Empati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun