Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gerakan Jabar Menghafal Al-Qur'an

7 Maret 2015   08:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:02 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tanggal 2 Maret 2015, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher meresmikan Gerakan Jabar Menghafal Al-Qur’an di sejumlah daerah seperti Kota Bandung, Cianjur, Garut, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, dan Cirebon.  Sasaran program ini seluruh siswa mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA sekitar sembilan juta orang.

Program ini bertujuan untuk mendekatkan dan mengakrabkan kembali generasi muda Islam Jawa Barat dengan Al-Qur’an, jangan sampai buta huruf Al-Qur’an. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa umat Islam semakin jauh dari Al-Qur’an, bahkan banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya menjadi hiasan di lemari, sudah penuh debu karena sudah jarang disentuh dan dibaca.

Waktu maghrib yang seharusnya diisi dengan kegiatan mengaji, justru banyak diisi dengan menonton acara-acara TV yang kebanyakan tidak mendidik. Mulai jam 18.00 yang dikenal dengan prime time atau waktu terbaik. Pengelola stasiun TV berlomba-lomba menayangkan berbagai tayangan yang menarik penonton khususnya anak-anak dan remaja. Sebelum waktu maghrib acara hiburan sudah disiarkan secara live. Acara-acara yang rating-nya tinggi pun dipindahkan ke waktu ke waktu maghrib.

Hasil penelitian Institut  Ilmu Al-Qur’an tahun 2013 menunjukkan bahwa 65% umat Islam di Indonesia masih buta aksara Al-Qur’an, 35% hanya bisa membaca Al-Qur’an saja, dan hanya 20% yang dapat membaca Al-Qur’an dengan baik. Hal tersebut merupakan fakta yang ironis, memprihatinkan, sekaligus mengkhwatirkan karena umat Islam adalah umat mayoritas dari sekitar 250 jutaan jumlah penduduk Indonesia. Kondisi tersebut di atas melatarbelakangi Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang juga merupakan seorang penghafal (hafidz) Al-Qur’an meluncurkan program gerakan Jabar Menghafal Al-Qur’an.

Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (G3M)

Sebelum Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Jabar Menghafal Al-Qur’an, Kementerian Agama beberapa tahun yang lalu telah meluncurkan program Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (G3M) dimana masyarakat dihimbau agar mengisi waktu maghrib dengan mengaji mengingat waktu maghrib lebih banyak warga masyarakat yang menonton TV atau nongkrong di luar rumah dibandingkan dengan mengaji. Tetapi program ini tidak jelas kelanjutannya. Hal ini disebabkan kurang sosialisasi dan juga kurang dukungan dari berbagai pihak terkait termasuk para orang tua.

One Day One Juz (ODOZ)

Setelah program Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (G3M), muncul program atau ajakan One Day One Juz (ODOZ). Program ini lebih banyak ditujukan kepada umat Islam yang telah lancar (tartil) membaca Al-Qur’an dan bacaannya bagus (tahsin) sesuai dengan hukum-hukumnya. Pada kader partai politik tertentu, hal ini menjadi sebuah kewajiban. Setiap kader setiap hari atau setiap minggu diminta “setorannya.” Selain pada kader partai politik tertentu, ODOZ juga populer di kalangan aktivis dakwah kampus. ODOZ diharapkan bukan hanya dilakukan pada komunitas yang terbatas, tetapi diharapkan dapat dilakukan pada seluruh umat Islam, walau pelaksaannya perlu dilakukan bertahap, karena sebagaimana disebutkan diatas, masih banyak yang buta huruf Al-Qur’an.

Saya ingat dulu waktu kecil, sekitar tahun 1990-an, sebelum waktu maghrib datang anak-anak sudah mempersiapkan diri pergi ke mesjid. Menunggu datangnya waktu maghrib diisi dengan membaca puji-pujian, nadhom, atau sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah sholat maghrib lalu mengaji Al-Qur’an, sorogan kitab kuning,hafalan surat-surat pendek sampai waktu Isya. Tiap santri pun setiap minggu diminta “setoran” hafalan juz amma sehingga dapat menghafalnya.

Di rumah-rumah penduduk pun banyak yang mengaji. Pada waktu itu TV masih jarang. Hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki TV, walau hanya TV hitam-putih. Stasiun TV pun hanya ada satu yaitu TVRI, masyarakat tidak memiliki pilihan lain. Oleh karena itu, masyarakat relatif bisa lebih khusyu beribadah karena tidak terlalu terganggu oleh tayangan TV. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan beragamnya pilihan tayangan TV, kondisi masyarakat mengalami perubahan. Di rumah-rumah jarang terdengar bacaan Al-Qur’an.

Kondisi tersebut ingin diubah oleh Aher melalui Gerakan Jabar Menghafal Al-Qur’an. Semoga gerakan Jabar menghafal Al-Qur’an bukan hanya sebatas seremonial, yang layu di tengah jalan. Kesuksesan program ini bukan hanya tergantung dari komitmen pemerintah saja, tetapi dukungan semua lapisan masyarakat. Dan semoga semoga Al-Qur’an bukan hanya dihafal, tetapi juga dipahami, dan diamalkan karena sebaik-baiknya orang adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun