Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merefleksikan Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

19 Januari 2015   00:23 Diperbarui: 4 April 2017   16:59 2960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang guru mengeluh terhadap rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Dia merasa sudah berusaha maksimal, tetapi kualitas proses dan hasil belajar  rendah. Kegiatan pembelajaran membosankan, peserta didik pasif, kurang antusias, dan lamban ketika mengerjakan tugas. Hasil belajar peserta didik pun kurang menggembirakan, hanya 50% dari keseluruhan peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Menyikapi hal tersebut di atas, sang guru berpikir, lalu mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut. Setelah itu, dia menemukan penyebabnya. Antara lain, metode pembelajaran yang digunakannya monoton, dominan menggunakan metode ceramah, kurang membimbing siswa dalam mengerjakan tugas, jarang menggunakan alat peraga/ media pembelajaran dalam menjelaskan materi pelajaran, dan jarang melakukan evaluasi dan program tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilakukan.  Setelah mengidentifikasi berbagai penyebab rendahnya kualitas dan hasil belajar peserta didik, dia kemudian merencanakan upaya perbaikan agar masalah tersebut dapat diatasi.

Apa yang dilakukan oleh guru tersebut di atas disebut refleksi pembelajaran. Melalui refleksi pembelajaran, guru mau “melihat ke belakang” atau mereview pembelajaran yang telah dilakukannya baik dari sisi kekuatan maupun kelemahannya. Kekuatannya dipertahankan dan ditingkatkan, sementara kelemahannya diperbaiki untuk mencapai kualitas pembelajaran optimal.

Refleksi pembelajaran merupakan bentuk kejujuran akademik seorang guru. Hal tersebut sangat baik untuk peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. Guru yang mau merefleksikan pembelajaran merupakan guru yang terbuka terhadap perubahan sehingga mampu memunculkan kreativitas dan inovasi dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Ada kalanya kegiatan pembelajaran yang kurang menyenangkan dan membosankan disebabkan karena performance guru yang kurang optimal, kurang menguasai berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran, dan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru (teacher centered).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Salah satu upaya guru meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK diawali oleh refleksi guru terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya, lalu menganalisis Kompetensi Dasar (KD) yang paling sulit dikuasi oleh siswa, kemudian menyusun rencana tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Rencana tindakan yang dimaksud bisa dalam bentuk penerapan pendekatan, strategi, model, atau metode inovatif, penggunaan alat peraga atau media pembelajaran, atau perbaikan sistem penilaian dan evaluasi hasil belajar. PTK bisa dilakukan jika guru memiliki motivasi yang kuat untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

PTK bukan hanya bermanfaat bagi guru, tetapi juga bagi siswa dan bagi sekolah. Manfaat bagi guru antara lain; sebagai sarana meningkatkan profesionalisme guru, meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mampu menerapkan pendekatan, strategi, model, dan metode baru yang inovatif untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik, dan sarana bagi guru untuk menemukan ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran. Dalam konteks pengembangan profesi, laporan PTK dapat dijadikan sebagai Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk syarat kenaikan pangkat.

Manfaat bagi siswa antar lain; meningkatnya motivasi, aktivitas, dan hasil belajar, mengalami kegiatan belajar yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan menantang, dan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan minat dan kemampuannya. Kemampuan guru dalam meramu dan menyajikan materi pelajaran yang baik telah mampu mengubah atau memperbaiki suasana pembelajaran yang awalnya monoton menjadi dinamis dan menyenangkan.

Manfaat bagi sekolah adalah memiliki guru yang kreatif, inovatif, dan profesional, memiliki peserta didik yang semangat dan hasil belajarnya meningkat, dan dan kegiatan belajar di sekolah menjadi semakin berkualitas. Hal tersebut akan berdampak terhadap peningkatan kualitas lulusan dan kualitas sekolah secara umum.

PTK dilakukan minimal sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu; 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Tiap siklus dilakukan minimal dua kali pertemuan. Ada juga pakar yang berpendapat dilakukan tiga sampai empat kali pertemuan. Hal ini tentunya tergantung kepada kedalaman, keluasan, atau tingkat kesulitan materi yang perlu dikuasai oleh peserta didik.

PTK harus dipersiapkan secara matang oleh guru. Jika sudah menguasai teknis pelaksanaannya, bisa dilakukan sendiri, tetapi jika mengalami kesulitan, guru bisa meminta bantuan atau bimbingan kepada teman sejawat, Kepala Sekolah Pengawas, dosen Perguruan Tinggi (PT), Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK).

PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Oleh karena itu, guru disarankan bermitra dengan dengan rekan sejawat untuk menjadi pengamat (observer). Akan lebih baik jika guru yang menjadi observer adalah guru yang mengampu mata pelajaran yang sama dengan guru peneliti. Tugas observer adalah untuk mengamati dan mencatat aktivitas guru dan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Mengubah Paradigma

Selama ini paradigma atau pola pikir yang di kalangan guru adalah bahwa menulis PTK hanya untuk kepentingan syarat kenaikan pangkat. Oleh karena itu, guru merasa terpaksa melakukannya. Bahkan ada yang memalsukan atau “membeli” PTK dengan alasan malas atau tidak tahu cara melakukan PTK. Intinya, memilih cara instan supaya bisa naik pangkat. Akibatnya, pangkat naik tetapi kompetensi atau profesionalisme jalan di tempat.

Paradigma tersebut perlu diubah. PTK adalah bagian dari peningkatan profesionalisme guru, dan harus dilakukan sebagai bagian dari tradisi akademik guru. Dari mulai menjadi guru sampai dengan saat ini mungkin ada guru yang belum pernah melakukan penelitian. Penelitian terakhir yang dilakukannya mungkin saat dia menyelesaikan tugas akhir atau skripsinya. Perlu diakui, memang budaya meneliti belum sepenuhnya menjadi tradisi akademik guru. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, juga penelitian diidentikan sebagai suatu hal yang rumit, menambah beban guru yang sudah banyak, serta memakan waktu, biaya, dan tenaga.

Paradigma yang perlu ditanamkan dalam benak guru juga adalah kenaikan pangkat merupakan dampak dari profesionalisme guru, bukan sebagai tujuan. Apalagi saat ini guru telah disertifikasi, tentunya paradigmanya harus berubah. Ketika guru telah memenuhi Angka Kredit yang disyaratkan, maka dia berhak naik pangkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun