Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Masyarakat Keluhkan KRL

5 Juli 2019   23:11 Diperbarui: 5 Juli 2019   23:16 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


KRL Comuter Line salah satu alat transportasi umum tercepat yang memiliki kapasitas penumpang  maksimal 250 orang, 60 diantaranya penumpang duduk dan dilengkapi dengan fasilitas lumayan mewah. Meski kuantitas dan kualitasnya masuk dalam kategori standar hal tersebut hilang karena banyaknya jumlah penumpang. 

Awalnya, kereta KRL ini dibuat sebagai alternatif masyarakat yang ingin berpergian dengan cepat dan nyaman di zona Jabodetabek. Namun, seiring berjalannya waktu telah terjadi kepadatan jumlah penumpang hingga membuat hilangnya  kenyamanan yang telah diiming-imingkan.

Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa telah mengatakan PT KCJ akan terus berupaya menambah jumlah kereta, dan menambah formasi rangkaian KRL dari saat ini 8-10 kereta menjadi 10-12 kereta.

Saat ini, mungkin saja upaya untuk menanggulangi kepadatan penumpang masih terus dilakukan oleh pihak KRL meskipun masih belum terlihat hasil positifnya. Sejauh upaya yang telah dilakukan oleh pihak KRL masyarakat pun bertanya "Sampai kapan masalah ini akan selesai atau terkurangi?".

Kepadatan penumpang hampir di setiap hari saat beroperasinya KRL. Kepadatan ini terjadi pada layanan rute Jakarta-Bogor dan Jakarta-Bekasi. Tapi yang paling parah dialami oleh layanan rute Jakarta-Rangkasbitung.  

Sejatinya, para penumpang KRL tak tahan menahan desakan pada saat berjubelnya penumpang. Tapi apalah daya mereka tak memiliki alternatif lain, selain merasakan sakitnya berdesakan dalam KRL, dan tak disadari sedikit demi sedikit kenyamanan yang ditawarkan menjadi banyak malapetaka bagi para penumpang.

Dalam hal ini seharusnya pihak KRL segera memberikan perhatian yang lebih atau mencari solusi alternatifnya bagi masyarakat sebelum banyaknya korban yang berjatuhan. Pepatah pun berpesan, "Sedialah payung sebelum hujan".

Kekhawatiran masyarakat pun seraya berkata, jika masalah ini masih dibiarkan berlarut-larut, maka dapat dipastikan kenyaman dan keamanan para pengguna tak akan terpenuhi, hingga akhirnya masyarakat hanya menjadi korban berdesakan dalam KRL.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun