(Bus dengan slogan love for all,hatred for none. Sumber: http://atlasshrugs2000.typepad.com)
“Love for all, hatred for none” yang bila diterjemahkan “cinta untuk semua, tiada benci bagi siapapun”. Bila anda searching di internet dengan keywords ini, maka tak butuh waktu lama untuk mengetahui apa sebenarnya kalimat tersebut. Ya,kalimat ini adalah slogan ataupun motto dari komunitas Muslim Ahmadiyah dan dengan motto ini pulalah komunitas ini dikenal di dunia.
Gerakan dakwah globalnya mendasarkan pada motto ini yang tak lain dan tak bukan adalah pengejawantahan dari ajaran Islam itu sendiri yang Rahmatul lil ‘Aalamiin. Islam adalah agama yang mempromosikan perdamaian dan kasih sayang. Allah pun menyebut Nabi Muhammad (saw) sebagai sosok pembawa rahmat dan kasih sayang untuk semua makhluk ciptaan-Nya.
Terciptanya motto ini bermula pada saat Imam Jama’ah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad meresmikan masjid pertama di Spanyol pada tahun 1980. Sebagaimana tertulis di dalam sejarah, 700 tahun lamanya Islam berkuasa di Andalusia (Spanyol),akan tetapi pada tahun 1492 kejatuhan Islam secara keseluruhan di Spanyol tak terelakan lagi dan negri inipun dikuasai oleh Katolik. Masjid pertama yang dibangun setelah keruntuhan Islam di Spayol adalah masjid Basharat. Pada saat meresmikan penggunaan masjid tersebut,Hadhrat Mirza Nasir Ahmad melontarkan motto ‘Love for all,hatred for none’.
Dalam penjelasannya, beliau mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita untuk hidup dengan kasih sayang dan kerendahan hati. Makna dari Islam adalah damai, dan untuk mewujudkannya seorang Muslim harus memiliki sifat cinta dan kasih sayang. Kemudian, untuk menciptakan sikap rendah hati, seseorang harus meniadakan kebencian terlebih dahulu dalam hatinya. Jadi, cinta untuk semua juga harus dibarengi dengan meniadakan benci bagi siapapun. Disinilah pengejawantahan dari sifat Allah Ta’ala yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Maka sejak saat itu, ‘Love for all, hatred for none’ dijadikan sebagai slogan oleh komunitas Muslim Ahmadiyah. Sebenarnya, tak mudah untuk bisa menjadikan untaian kalimat itu sebagai slogan ataupun motto hidup bagi para pengikut Ahmadiyah. Mengikuti sejarah perkembangan Jama’ah Ahmadiyah yang tak pernah lepas dari persekusi, tindakan aniaya, diskriminasi dan tindakan kezaliman lainnya, merupakan tantangan tersendiri bagi para pengikut Ahmadiyah untuk menjadikan kalimat tersebut sebagai motto hidup. Bagaimana mereka harus meniadakan kebencian terhadap orang-orang yang telah menganiaya mereka, merampas hak hidup mereka, menghancurkan harta benda dan properti mereka ditambah mereka pun harus tetap mencintai orang-orang yang melakukan segala tindak kezaliman tersebut. Akan tetapi demi meneladani wujud suci Nabi Muhammad (saw) sebagai sosok yang menjadi rahmat bagi sekalian makhluk Tuhan, maka segala penderitaan pun sanggup ditanggung oleh para pengikut Ahmadiyah untuk tetap tegaknya motto hidup itu.
Teringat riwayat ketika Nabi Muhammad (saw) biasa dilempari sampah oleh seorang wanita acapkali beliau lewat di depan rumahnya. Pada satu waktu, ketika Rasulullah (saw) melintas di depan rumah wanita itu, tak ada lagi yang melemparinya dengan sampah. Rasulullah (saw) pun menanyakan perihal wanita itu yang ternyata sedang sakit, kemudian beliau (saw) menjenguknya dan mendoakan untuk kesembuhannya. Begitu dahsyatnya simpati dan kasih sayang beliau (saw). Nabi Muhammad (saw) memang merupakan sosok yang sempurna dalam mengimplementasikan ‘Love for all, hatred for none’.
Saat ini motto tersebut telah menjadi “universal message” pesan universal yang mendasari gerakan dakwah Jama’ah Muslim Ahmadiyah ini. Jika seluruh dunia dapat mengikuti pesan dan motto ini, Perdamaian Dunia yang dicita-citakan oleh semua orang akan menjadi kenyataan dan bukan hanya menjadi mimpi di siang bolong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H