Tantangan lainnya adalah literasi digital masyarakat. Tidak semua orang siap untuk beralih ke mata uang digital. Di Indonesia, masih banyak daerah yang belum memiliki akses penuh terhadap teknologi digital. Jika rupiah digital diterapkan tanpa persiapan yang matang, maka ada risiko tertinggalnya sebagian masyarakat.
Selain itu, penerapan teknologi ini memerlukan investasi besar. Mengembangkan infrastruktur, mendidik masyarakat, dan mengamankan sistem digital bisa memakan biaya yang mahal. Pemerintah harus memastikan bahwa investasi berskala besar ini akan memberikan hasil positif dalam jangka panjang, bukan hanya menjadi proyek ambisius yang tidak membuahkan hasil nyata.
Menjawab Pertanyaan: Solusi atau Sekadar Tren?
Rupiah digital memiliki potensi signifikan untuk mentransformasi sistem keuangan Indonesia. Namun, pertanyaannya tetap: apakah ini solusi terhadap inflasi atau sekadar teknologi baru? Jawabannya tergantung pada penerapan teknologi tersebut dan dukungan kebijakan yang tepat.
Jika digunakan secara bijak, rupiah digital dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan efisiensi perekonomian, memperkuat kedaulatan mata uang, dan memperluas inklusi keuangan. Namun, tanpa perencanaan matang dan kebijakan pendukung, hal ini berisiko hanya menjadi simbol modernisasi dan tidak memberikan dampak nyata.
Pada akhirnya, rupiah digital bukanlah solusi instan untuk seluruh tantangan perekonomian. Ini merupakan alat yang memiliki potensi besar, namun memerlukan sinergi teknologi, kebijakan, dan keterlibatan masyarakat untuk mewujudkan tujuannya. Saat kita memasuki era digital, penting untuk tetap kritis dan realistis dalam menilai dampak teknologi baru ini. Masa depan rupiah digital pada akhirnya akan dibentuk oleh cara kita menggunakannya untuk menciptakan nilai nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H