Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketer/Content Writer

Menghidupkan tulisan dengan gaya santai namun informatif. Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Storytelling Palsu di Media Sosial: Demi Cuan atau Pengakuan?

30 November 2024   14:42 Diperbarui: 30 November 2024   11:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Memegang Handphone dan Media Sosial. (Sumber: www.freepik.com)

Dampak Negatif bagi Masyarakat

Permasalahan berita bohong mempunyai dampak baik terhadap individu maupun masyarakat secara luas. Ketika cerita palsu ini terungkap, maka akan berdampak pada menurunnya kepercayaan terhadap platform media sosial dan pembuat kontennya. Akibatnya, masyarakat semakin meragukan kisah-kisah inspiratif atau kisah perjuangan, padahal kisah-kisah tersebut nyata.

Selain itu, narasi yang salah dapat merugikan pihak yang sebenarnya membutuhkan pertolongan. Misalnya, ketika donasi diberikan kepada seseorang berdasarkan cerita yang dibuat-buat, hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok yang benar-benar membutuhkan kehilangan bantuan yang mereka butuhkan.

Bagaimana Kita Harus Menyikapinya?

Sebagai pengguna media sosial, kita perlu lebih berhati-hati terhadap konten yang kita konsumsi. Hanya karena sesuatu itu viral tidak menjamin kebenarannya, jadi penting untuk memverifikasi informasi sebelum kita membagikan atau mendukungnya. Pembuat konten harus berusaha untuk kembali ke inti penceritaan: berbagi cerita dengan jujur dan berintegritas.

Untuk mengatasi fenomena ini memerlukan keterlibatan kritis dari platform media sosial. Algoritme saat ini yang memanfaatkan konten emosional harus disempurnakan untuk mempertimbangkan tingkat keterlibatan dan keaslian cerita yang disampaikan. Selain itu, memberikan pelatihan etika digital bagi pembuat konten dapat menjadi solusi yang berguna.

Kesimpulan

Pengisahan cerita yang menipu mencerminkan tekanan untuk tetap relevan dalam lanskap digital saat ini. Meskipun hal ini dapat memberikan manfaat langsung, namun dampak jangka panjangnya dapat merugikan integritas individu dan kepercayaan terhadap masyarakat. Pada akhirnya, cerita yang paling bermakna adalah cerita yang jujur. Keaslian dalam bercerita akan selalu menang atas narasi yang dibuat-buat, tidak peduli seberapa terampil narasi tersebut disajikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun