Inflasi dan kenaikan suku bunga seringkali menjadi perdebatan hangat di kalangan ekonomi. Beberapa orang mungkin menganggap topik ini bersifat teknis dan tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya, keputusan-keputusan makroekonomi tersebut berdampak langsung terhadap masyarakat, terutama masyarakat miskin yang seringkali merupakan kelompok paling rentan. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa merekalah yang paling terkena dampaknya? Dan apakah ada cara untuk mengurangi dampak ini?
Inflasi: Ketika Harga Meroket, Daya Beli Merosot
Inflasi dapat digambarkan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum selama periode waktu tertentu. Bagi individu yang hidup dalam kemiskinan, yang menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan dasar seperti makanan, transportasi, dan listrik, inflasi dapat menurunkan daya beli mereka secara signifikan. Ketika harga barang-barang seperti beras, minyak goreng, atau transportasi naik, mereka tidak mempunyai ruang untuk menyesuaikan anggarannya.
Tantangannya semakin besar karena pendapatan kelompok ini biasanya tidak meningkat seiring dengan inflasi. Misalnya, seorang pekerja berupah harian mungkin tetap memperoleh penghasilan yang sama meskipun harga bahan pokok terus meningkat. Situasi ini mengakibatkan tekanan ekonomi yang signifikan, yang seringkali menyebabkan mereka mengurangi konsumsi atau berhutang untuk bertahan hidup.
Kenaikan Suku Bunga: Efek Domino yang Tidak Bisa Dihindari
Respons umum untuk mengelola inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga bank sentral. Taktik ini digunakan untuk mengurangi uang yang tersedia dalam perekonomian, yang dimaksudkan untuk mengurangi permintaan dan pada akhirnya menurunkan harga. Namun, penting untuk disadari bahwa strategi ini juga dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Meningkatnya suku bunga dapat berdampak besar pada keluarga berpenghasilan rendah, mempengaruhi kemampuan mereka untuk mendapatkan kredit. Mereka yang membutuhkan pinjaman kecil untuk kebutuhan mendesak atau peluang bisnis kini menghadapi suku bunga yang lebih tinggi. Situasi ini dapat menjebak mereka dalam lingkaran kemiskinan sehingga semakin sulit memperbaiki keadaan mereka. Selain itu, meningkatnya biaya hidup, seperti pembayaran rumah atau mobil, hanya menambah kesulitan keuangan mereka.
Mengapa Masyarakat Miskin Selalu Terpukul?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kelompok miskin paling menderita. Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya sumber daya untuk beradaptasi dengan perubahan keadaan. Berbeda dengan masyarakat kelas menengah atau atas, yang mungkin memiliki tabungan atau aset yang dapat diandalkan, mereka yang hidup dalam kemiskinan sering kali harus melupakan kebutuhan dasar.
Cara perekonomian kita terorganisir cenderung berpihak pada mereka yang mempunyai modal besar. Dengan kenaikan suku bunga, investor besar bisa mendapatkan keuntungan dari tingkat pengembalian tabungan mereka yang lebih tinggi. Di sisi lain, masyarakat berpenghasilan rendah biasanya tidak memiliki aset-aset tersebut, sehingga menghalangi mereka untuk mendapatkan manfaat dari perubahan ini.