Kurangnya narasi dan identitas otentik membuat banyak produk Indonesia tidak bisa bersaing dengan negara-negara yang lebih proaktif dalam strategi pemasarannya.
Peluang besar ada melalui media sosial dan e-commerce global, namun usaha kecil dan menengah sering kali kekurangan keahlian atau sumber daya untuk memanfaatkan platform ini secara maksimal.Â
Tanpa pendekatan pemasaran digital yang efektif, produk lokal akan sulit menjangkau khalayak global yang lebih besar.
Biaya Logistik yang Mencekik
Selain masalah branding, tingginya biaya logistik juga menjadi kendala besar dalam mengekspor produk lokal. Sifat Indonesia yang kepulauan menuntut sistem transportasi yang kompleks.Â
Ongkos kirim antar pulau bisa dibilang cukup mahal, apalagi untuk pengiriman ke luar negeri. Keadaan ini menyebabkan harga produk akhir seringkali tidak mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain.
Selain itu, peningkatan konektivitas antar pelabuhan juga sangat penting. Banyak pelabuhan di Indonesia yang tidak mampu menangani volume ekspor yang tinggi dan tidak memiliki akses langsung ke jalur pelayaran internasional.
Birokrasi dan Regulasi yang Berbelit
Banyak orang menganggap peraturan ekspor Indonesia termasuk yang paling menantang di dunia. Langkah-langkah yang diambil, mulai dari memperoleh izin yang tepat hingga melewati bea cukai, dapat memakan banyak waktu, uang, dan tenaga.Â
Hal ini seringkali menyebabkan usaha kecil dan menengah enggan memasuki pasar global. Ketika mereka memutuskan untuk mengekspor, mereka sering menghadapi kesulitan yang menjadikan pengalaman tersebut sebagai tantangan yang membuat frustrasi dan bukannya peluang yang bermanfaat.
Proses birokrasi yang rumit di Indonesia menempatkan Indonesia pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan negara-negara yang telah mengadopsi sistem digital dalam pengelolaan perdagangan internasional.Â