Saat Dara melangkah memasuki rumah tua warisan kakeknya, matahari terbenam memancarkan sinar hangat berwarna merah keemasan di langit. Rumah itu sudah bertahun-tahun tidak dihuni, terletak dengan damai di tepi hutan. Saat pintu berderit menutup di belakangnya, angin dingin menyapu kulitnya, menyebabkan dia menggigil.
"Wah, sepertinya kamu punya pekerjaan besar yang harus diselesaikan," kata Toni pada Dara sambil membantunya memindahkannya.
Dara mengangguk, matanya mengamati sudut-sudut rumah yang gelap dan berdebu. Tetap saja, ada perasaan aneh yang masih melekat di atmosfer, seolah-olah tempat itu menyembunyikan kebenaran yang tersembunyi.
Saat membersihkan kamarnya, Dara menemukan sebuah kotak kayu kecil di dalam lemari. Itu terkunci rapat, dan permukaannya menampilkan simbol-simbol aneh yang benar-benar baru baginya.
"Toni, lihat ini," serunya sambil menunjuk kotak itu.
Dengan ekspresi penasaran, Toni mengamati kotak itu, alisnya terangkat. "Wow, ini kelihatannya antik sekali. Tahukah kamu apa isinya?"
Dara menjawab tidak sambil menggelengkan kepalanya. "Saya tidak punya kuncinya."
Malam itu, ketertarikan Dara terhadap kotak itu mencapai puncaknya. Dia menjelajahi seluruh rumah untuk mencari kunci tetapi tidak berhasil. Akhirnya ia memilih tidur dengan kotak yang diletakkan di atas meja di samping tempat tidurnya.
Di tengah gelapnya malam, Dara terbangun karena ada ketukan pelan. Tok... tok... tok...
Dia terbangun dan menemukan ruangan itu diselimuti kegelapan. Ketukan itu datang lagi, kali ini dengan intensitas yang lebih besar. Tok... tok... tok.