Anda melihat siaran berita beberapa waktu terakhir? Anarkisme saat terjadi aksi penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Aksi saling lempar, saling pukul di close up habis habisan. Kejadian massa yang merobohkan gerbang DPR, merusak pagar tol dalam kota (slipi-red) serta aksi aksi anarkis lain berkali kali ditayangkan. Dan penonton, yang menyaksikan dari layar televisi, yang membaca dari media cetak dan elektronik seolah sepakat satu hal : MAHASISWA ANARKIS! Padahal kalau anda tahu, yang ikut aksi penolakan BBM naik tidak cuma mahasiswa. Ada elemen masyarakat, ada ormas, ada serikat buruh, massa parpol, ada pula massa yang sengaja dibayar pihak tertentu. Semua berbaur menjadi satu. Dan sulit diidentifikasi. Tapi kenapa saat terjadi anarkis, mahasiswa yang dituding jadi kambing hitam?? Yakinkah penonton, pembaca bahwa yang merusak pagar tol, merusak gerbang DPR dan lain lain pelakunya adalah mahasiswa?? Ataukah justru massa yang dibayar pihak tertentu untuk sengaja membuat rusuh dan anarkis?
Saya menyayangkan sikap media yang cenderung lebih memilih mengeksloitasi berita berita anarkis aksi penolakan kenaikan harga BBM. Kemana media, ketika para mahasiswa dan elemen demonstran berorasi menyuarakan tuntutannya??? Massa tidak datang tiba tiba lalu merusak, melainkan pada awalnya menyuarakan lewat orasi, diiringi nyanyian dan seruan pembakar semangat. Kemana media pada saat itu??? Media lebih memilih saat yang ricuh untuk mengambil berita, demi rating. Walhasil, penonton berita, pembaca berita hanya tahu bahwa demo rusuh, demo anarkis, dan ujung ujungnya mencap : mahasiswa anarkis!
Silakan direnungkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H