Mohon tunggu...
Indra Y.
Indra Y. Mohon Tunggu... wiraswasta -

#

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Curahan Hati Seorang Pelacur

28 Januari 2011   14:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:06 3147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menunggu sampai kemudian seorang laki laki 40tahunan keluar dari rumah Melia. Kuputuskan untuk masuk, pintu tak terkunci. Kudengar suara isakan dari kamar dalam.
Tanpa berkata apa apa aku duduk di bangku seberangnya.
''Her...kapan kau datang?aku tidak mendengar ketukan pintu'' tanyanya sambil mengusap air matanya.
''aku memang tidak mengetuk''
''kau kenapa kesini? Pulanglah''
''aku kesini untuk menengokmu. Kenapa kau menangis...kau disakiti laki laki tadi?''
''aku gpp. Pulanglah. Aku capek Her''
Bukannya pulang aku malah berbaring di kasurnya.
''aku ngantuk. Nanti saja pulangnya. Kau mau memijitku lagi seperti waktu itu?''
Tanpa berkata apa apa, Melia menghampiriku, mulai memijit.
''Her, kau mirip adikku Wisnu, dia sangat bandel''
''aku juga bandel''
''iya kau sangat bandel, suka kluyuran....sudah berapa pelacur kau tiduri heh? Kalau pikirmu kau bisa meniduriku, kau salah besar. Aku tak akan mau tidur denganmu berapapun kau bayar''
''kau akan menjadi yg pertama. Lagian siapa pula yg mau membayarmu? Kalau mau tinggal langsung saja memperkosamu ''
Melia terperangah. Dipukulnya punggungku dg kepalan tangannya.
''HUSH anak kecil ngomongnya ngelantur''
''aku dah gede kok, mau lihat?''
Melia tertawa.
''sekali lagi kau jorok, kupanggil hansip''
kami tertawa.
''kenapa tadi kau menangis''
''aku ingat keluargaku di Jawa Her....aku merasa sangat bersalah pada ibu dan adikku''
Melia berhenti memijit, dia menyulut rokoknya
''Kau tau apa yg kurasakan tiap ada laki laki yang menelanjangiku??aku merasa seperti barang.. tak berharga.., belum lagi ketika dia mengaduk ngaduk selangkanganku aku merasa bukan manusia lagi.., tapi comberan tempat laki laki membuang syahwatnya. Ga ada martabatnya lagi Her....''
''tapi sudahlah, aku sudah lama tak memikirkan harga diriku lagi. Yang penting ibu dan wisnu adikku bisa tercukupi kebutuhannya. Aku dah janji pada ibu akan menyekolahkan wisnu kalau perlu hingga lulus kuliah. Aku rela melacur yg penting adikku dapat punya masa depan cerah. Kau tau dia sekarang dah SMA mungkin seusia dgmu''
''lalu kenapa kau menangis. Menangisi nasib?''
Melia tersenyum...
''enggak Her....hidupku telah lama kugadaikan, aku dah ikhlas....aku menangis karena merasa sangat bersalah.,pada mereka , aku telah mengecewakan mereka........aku gagal jadi wanita karier seperti yg mereka kira selama ini''

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun