Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kampung Eks Tim-tim di Ujung Mateng

14 Mei 2024   12:27 Diperbarui: 16 Mei 2024   10:40 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Sejati, kampung eks Tim-Tim di pegunungan Mateng (dok. pribadi)

Binatang Laron berputar-putar mendengung di kegelapan malam. Rabu, 21 Juni 2023, hujan dari pukul 15.00 WIT hingga petang mengundang puluhan hewan.

Kesunyian menyergap malam, mengganti riuh siang hari. Jam tanganku menunjuk 19.30 WIT, saya berdiri di teras rumah panggung, memandang pekatnya suasana hutan di lereng pegunungan.

Hingga 23 Juni 2023, saya bermalam di rumah kepala dusun, desa Sejati, akronim "Sulawesi, Jawa, Timor", kec. Tobadak 8, kab. Mamuju Tengah dikenal "Mateng", provinsi Sulawesi Barat.

Kec Tobadak terdiri 8 (delapan) desa yang terpisah jauh di lereng pegunungan, dan tobadak 8 tempat penduduk desa Sejati, berlokasi paling ujung. Karena letaknya diujung tak tersentuh, kekayaan sumber daya alam masih asri dibanding kampung sebelumnya. Buah durian berjatuhan di mana-mana (kebetulan sedang musim), sayur-sayuran, pohon penghasil minyak nilam, dsb. Berikut kisahku disana.

21 Juni 2023, pukul 12.30 siang, kakiku menjejak desa Mahahe, kab. Mateng, setelah 5 jam dari kota Mamuju. Desa ini pemberhentian akhir penduduk yang hendak ke Tobadak. Jarang kendaraan roda empat berani menembus Tobadak.

Jalan sempit nan menanjak, dan tanah berlobang, serta jarak berkilo-kilo meter ke perbukitan, membahayakan manusia. Menurut cerita, guna mencukupi kebutuhan ke jalan besar atau desa Mahahe, penduduk Tobadak berjalan kaki berkilo-kilo sebelum ada kendaraan.

Desa Sejati, Keanekaragaman Penduduk Pegunungan

Terik matahari memanas. Bersama teman, saya menunggu ojek penjemput dari Sejati. Cuaca yang berubah-ubah membuatku cemas. Mendung sesekali, dan berganti cerah. Hatiku berdetak, deg-degan. Bila hujan dan membasahi tanah, otomatis jalanan pun licin dan membahayakan pengendara motor.

Ditengah kegundahan, ojek hadir di hadapanku dan kami berangkat. Perjalanan ditempuh 1 jam setengah, kata pengojek. Dengan rangsel dipunggung, saya membonceng di jok belakang, dan sopir membawa beras, minyak dan tas rangsel di jok depan. Terbayangkan kan, beban kendaranku saat menanjak...

Sepanjang perjalanan, saya melihat hutan sawit dan rimbunan pohon terhampar. Jalan awal kutemui halus dan dicor semen, namun bagian lain lapisannya terkelupas, sehingga cakar besinya mengangga. Motor kami berjalan melipir di pinggir hati-hati berhadapan motor berlawan arah. Setengah jam berlalu, suasana lengang dan sepi menyergap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun