Penelitianya dari program mancare plus di Lampung, Yogyakarta, dan Jawa Tengah, menghasilkan, pertama, tumbuhnya kesadaran kesetaraan dan keadilan gender sebagai kebiasaan. Kedua, tingkat keharmonisan dan kehidupan biologis membaik. Ketiga, peningkatan keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan anak. Keempat, pemahaman kesehatan reproduksi khususnya bagi anak muda meningkat. Kelima, penurunan tingkat kekerasan dalam rumah tangga.
Manfaat keterlibatan laki-laki dalam urusan pekerjaan rumah tangga menarik diulas. Ini mengingat kuatnya paham patriarkhi di masyarakat yang menempatkan domestik area perempuan (istri). Suami dan istri perlu menata ulang perlahan pemahaman hubungan yang tak adil gender.Â
Dalam penelitian, "MEN EXPERIENCES OF VIOLENCE AGAINST WOMEN IN INDONESIA (And How We Can Begin To Prevent It), dilakukan UN-Women, UNFPA, dkk, 2015, terungkap bahwa saat pemahaman maskulinitas laki-laki belum berubah kearah "adil gender", maka kekerasan terhadap perempuan berulang.Â
Dekonstruksi paham maskulinitas wajib dilakukan pada laki-laki. Pengalaman Jatmiko dan praktek lain memperlihatkan fleksibilitas peran gender antara laki-laki dan perempuan mendorong keadilan dan kesetaraan gender. Laki-laki pro kesetaraan dan perempuan yang sadar gender "lahan subur" terciptanya kehidupan yang setara dan adil gender.
Meski begitu, perlu disadari bahwa konsep pelibatan laki-laki diadaptasi sebagi salah satu strategi guna memastikan bahwa konsep ini bukan cara baru memperbesar privilege (keistimewaan) dan kuasa laki-laki terhadap perempuan (dan anak perempuan). Melainkan hal ini menjadi bagian integral akumulasi sumberdaya untuk mencapai tujuan dalam pemberdayaan perempuan. Strateginya dengan membangun aliansi dan jaringan berbagai pihak terutama di wilayah yang konstruksi patriarkinya kuat.
Perlu disadari bahwa gerakan laki-laki dalam mendorong keadilan gender, dikenal "pria pro feminis", dipahami sebagai satu aspek yang ingin mengikis budaya patriarkhi yang berakar kuat di masyarakat. Strateginya dengan membangkitkan praktek baik yang pernah ada di daerah tertentu tentang kegiatan yg adil gender. Sehingga masyarakat menyadarinya. Terakhir, praktek pelibatan laki-laki harus menjadi bagian program pemberdayaan perempuan. Bukan praktek tersendiri. Semoga gerakan laki-laki penyeru keadilan dan kesetaraan gender makin meluas. Demi Indonesia yang beradab....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H