Sisi negativnya, rendahnya kwalitas jumlah pemuda yang menumpuk memperbesar angka pengangguran muda Indonesia dan berbahaya bagi pembangunan negara. BPS mencatat 133,56 juta angkatan kerja di Indonesia per Agustus 2019. Sebanyak 126,51 juta orang bekerja, selebihnya sebanyak 7,05 juta orang menganggur, termasuk kalangan pemuda.
Menurut penelitian diatas, pengangguran dan kemiskinan (satu kondisi ekonomi) "lahan subur" perkawinan anak. Di sisi lain, lapangan kerja baru (khususnya di sector formal dan peluang menjadi aparat sipil negara dan TNI-polri) terbatas. Di sini pentingnya peran kewirausahaan di kalangan pemuda tumbuh dan berkembang. BPS 2016 mencatat bahwa  dari 160. 369.800 jiwa angkatan kerja Indonesia, 40 persennya atau sebesar 62.570.920 termasuk generasi milenial.Â
Masa pemuda merupakan periode mencoba berbagai inisiatif, dan minim "mental block". Revolusi 4.0 membuka berbagai celah kewirausahaan yang sebelumnya tak terbayangkan. Gambaran ini sejalan temuan Survei Kewirausahaan 2019 (The Asia Pacific Entrepreneurship Insights Survey 2019) oleh Herbalife Nutrition menyatakan bahwa orang Indonesia berhasrat kuat berwirausaha.Â
Tujuh dari 10 orang (sekitar 71 %) responden berangan-angan memiliki usaha sendiri (berita satu, 14 Agustus 2019). Intinya, "ghirah" pemuda dalam kewirausahaan sedang bergelora. Semua pihak; pemangku kepentingan, swasta, akademisi, non state actor, saatnya menstimulus anak-anak muda kita untuk membangun inovasi kewirausahaan.
Indonesia merupakan negara pemilik berbagai bahan baku siap-olah produksi. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) menerbitkan buku, "Sain untuk Biodiversitas Indonesia", Senin, 11/11/2019 di Jakarta (Kompas, 12/11/2019). Menurutnya, Indonesia memiliki potensi kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati yang sustainable. Yaitu; ekowisata, bioprospeksi untuk penggalian obat dan bioenergy, serta eksplorasi laut dalam.Â
Meskipun, potensi ini memerlukan kemampuan pengembangan ilmu dan tekhnologi. Sementara di sector pangan, Indonesia kaya berbagai variasi pangan sebagai bahan baku. Setidaknya ada 77 jenis pangan yang memiliki sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 77 jenis buah-buahan, 75 jenis sayur-sayuran dan 26 jenis rempah dan bumbu untuk aneka masakan dan obat-batan herbal (Kehati, 2019).
Di titik ini, peta daerah pernikahan anak penting. Selain kebijakan nasional dan turunannya di daerah tentang pencegahan perkawinaan anak, inisiatif penumbuhan kewirausahaan pemuda saatnya dimulai dan saling mendukung. Kewirauahaan pemuda selain berguna bagi percepatan pembangunan, juga menekan jebakan pemahaman masyarakat bahwa "perkawinan anak solusi pengurangan beban keluarga".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H