Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lika-liku Perjalanan ke Sao Paulo, Brazil

5 Agustus 2016   20:05 Diperbarui: 7 Agustus 2016   08:57 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah lelah terlihat saat transit sejenak di bandara Frankfurt

Parah. Kata yang pantas kuungkapkan di kepergianku kali ini.

Negara Brasil, Amerika Latin, kedengarannya mengasikan. Harusnya memang begitu. Apalagi ini merupakan kali pertama, aku mengijakkan kaki ke bumi pemain sepak bola tumbuh bagai jamur. Kekesalan hadir berulang kali saat menjelang kepergian ke Negri sang legenda bola, Pele. Begini ceritanya…..

Kekesalan bermula sejak pengurusan visa. Aku mendapat undangan ke Brasil, Selasa, 19 April 2016 untuk  menghadiri acara tgl 3-6 Mei 2016. Kontan, aku segera memproses visa di kedutaan besar Brasil, Jakarta. Untung aku tinggal di Jabodetabek. Bila bermukim di luar Jawa misalnya, hadeeh. Kanal website keduataannya, aku baca berkali-kali. Bagaimana pembuatan visa, dan berbagai persayaratan yang harus dipenuhi. Di situ tertulis bahwa pengajuan visa turis wajib melalui on line, dan dilanjutkan penyerahan dokumen.

Hal penting sebelum apply visa adalah pas foto standar visa-brazil. Dalam persyaratan – seperti tertulis di web kedutaan -- menginformasikan berbagai cara dan contoh photo standar.

Hari Rabu, 20 April pagi hari, saya bergegas ke studio foto di jalan Sabang, Jakarta pusat – menurut info, di situlah pembuat photo visa. Singkat kata, saya berfoto di sana. Sorenya, saya mendaftar visa online di web keduataan. Alhamdulillah. Saya berhasil mengisi semua syarat dan tertulis “diterima”. Accepted. Sebagai bukti keberhasilannya, muncul tulisan bahwa semua dokumen sedang di proses dengan bukti tanda print kalau saya telah mendaftar. Appesnya, kala itu, saya tidak memperhatikan perintah bahwa setelah apply, saya harus menyertakan dokumen lainnya untuk diantar ke kantor kedutaan. Sambil ongkang-ongkang kaki, di sela mengerjakan tugas kantor, saya mengecek perkembagan dokumen melalui website an-sich.

Hingga akhirnya, Senin sore 25 April, pihak kedutaan belum memberikan updated perkembangan. Telpon kedutaan tentang visa yang kutunggu tak kunjung datang. Sekali lagi, saya cek perkembangan visa melalui webnya. Tertera di “kanal pengurusan visa”, visaku sedang dalam proses “review”. Belum beranjak ke tahap selanjutnya.

Sampai detik itu, hatiku ragu dengan informasi tersebut. Iseng-iseng aku WhatsApp (kontak) kawanku yang sama-sama berangkat ke Brazil tentang kondisi visanya. Dalam percakapan, ia bilang bahwa travel agen (yang mengurus visanya) segera membawa dokumen tertulis ke kedutaaan, Selasa 26 April. Syahdan, informasi ini membuatku bertanya dalam hati. Apakah ada kewajiban semua dokumen harus dibawa ke kedutaan meski kita sudah mendaftar on-line. Segera aku membaca persyaratan di web kedutaan kembali. Pelan-pelan aku “pelototi” instruksinya. Benar. Semua dokumen harus aku (sebagai pendaftar) serahkan sesuai pendaftaran on-line ke kedutaan.

Selasa pagi mendung. Gerimis turun pelan-pelan. Segera aku ke kedutaan Brasil dengan membawa dokumen yang dikirim on-line. Jam 09.00, aku sampai di kedutaan, yang terletak di Gedung Mulia, lt 16, jalan Gatot Subroto, Jakarta. Sesampainya, empat orang menunggu giliran di loket visa kedutaan. Di depanku seseorang “pemohon” visa berdialog dengan petugas visa keduataan berwarga Indonesia. 

Petugas itu terlihat marah-marah kepada pengaju visa yang – mungkin – tidak lengkap. Petugas menyatakan bahwa pemohon visa tidak bisa buru-buru begini. Minimal waktu pengajuan visa membutuhkan 1 minggu hari kerja, begitu kira-kira umpatan sang petugas. “Wah….makin tipis nih kesempatan ajuan visaku,” keluhku dalam hati di sampingnya. Singkat kata, petugas memberi penekanan syarat yang harus dilengkapi pemohon.

Aku termanggu mendengar pecakapan tadi. Eh tiba-tiba aku dipanggil untuk maju ke loket visa. Dalam percakapan melalui jendela kecil, aku sertakan dokumen resmi yang kuajukan on-line dan copy print penerimaan. Tiba-tiba ia bilang, “Bapak mau ke Brazil. Ngapain!! Mau bekerja ya…” Spontan aku kaget. Hatiku berujar,”Apa ada yang salah dengan tampangku kala itu? Apa tampangku seperti kuli bangunan yang mencari kerja di Brazil seperti yang biasa di”stigma” petugas negara selama ini. Huh….kok begitu pandanganya ya….”

Dengan kesabaran yang ditahan, aku serahkan dokumen dan surat organisasi (kantor or lembaga) Brazil yang mengundangku di eventnya. Dengan nada sopan, saya meminta dia membacanya dahulu dokumen dan surat undangan. “Dokumen bapak sedikit sekali. Kurang ini. Kalau ingin berangkat ke Brazil, anda harus melengkapi berbagai dokumen lain”, begitu tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun