Kita semua tahu bahwa hantu dalam cerita horor punya peran besar dalam membangun suasana mencekam. Tapi, kalau kita ngomongin tentang hantu dalam fiksi horor Asia, ada sesuatu yang berbeda di sana. Mungkin kamu juga udah ngeh kalau banyak film horor Asia---terutama dari Jepang, Korea, dan Thailand---yang meninggalkan kesan lebih mendalam dibandingkan horor Hollywood yang lebih fokus pada jumpscare. Nah, apa sih yang bikin hantu-hantu dalam fiksi horor Asia itu unik?
Asal-Usul dari Tradisi dan Mitos
Salah satu hal pertama yang membuat hantu di fiksi horor Asia berbeda adalah mereka sering kali terkait dengan tradisi atau mitos kuno. Bukan sekedar makhluk tak terlihat yang meneror manusia, hantu di sini biasanya punya latar belakang sejarah panjang yang berakar dari kepercayaan lokal. Misalnya, di Jepang ada Yrei, hantu wanita dengan rambut panjang yang sering digambarkan memakai pakaian putih---sering kali terinspirasi dari ritual pemakaman di sana. Latar belakang ini membuat cerita horor mereka lebih personal, bahkan menambah bobot emosional yang berat.
Seorang teman pernah cerita kalau dia merasa lebih takut saat menonton film horor Jepang ketimbang film horor barat. Alasannya? "Karena rasanya kayak ada hubungannya sama sejarah beneran, kayak hantu-hantu ini beneran ada di luar sana," katanya. Dan itu memang masuk akal---mitologi kuno dan elemen spiritual dalam budaya Asia sering kali sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Hantu sebagai Wujud Pembalasan
Banyak hantu di fiksi horor Asia, terutama di cerita-cerita Jepang dan Korea, muncul bukan karena mereka sekadar jahat atau ingin menakut-nakuti orang. Mereka biasanya adalah roh orang-orang yang meninggal dengan cara yang tragis atau tidak adil, dan mereka kembali untuk membalas dendam. Ingat film The Ring? Sadako bukan hanya roh yang menyerang siapa saja tanpa alasan. Dia adalah korban tragedi, dan roh ini mencerminkan rasa sakit dan kemarahan yang tidak bisa terobati.
Di banyak cerita Asia, tema "balas dendam" sangat kuat. Hantu-hantu ini sering digambarkan dengan penampilan yang seram---rambut acak-acakan, mata yang melotot, atau bahkan tubuh yang cacat---yang seolah-olah mencerminkan trauma yang mereka alami saat masih hidup. Ini lebih dari sekadar horor fisik; ini adalah horor psikologis yang membuat kita berpikir tentang karma, dendam, dan ketidakadilan. Ketakutan yang muncul sering kali berasal dari rasa bersalah atau kegagalan manusia untuk melakukan hal yang benar.
Suasana yang Lambat dan Menekan
Jika ada satu hal yang selalu menjadi kekuatan horor Asia, itu adalah pembangunan suasana yang lambat dan menekan. Film-film horor dari Asia cenderung tidak langsung menghantam kita dengan serangkaian jumpscare. Sebaliknya, mereka membangun ketakutan dengan perlahan, mengatur suasana yang suram dan tidak nyaman, dan membiarkan kita merasa cemas selama mungkin. Takutnya itu lebih ke arah "psikologis" daripada "kejutan", kalau kamu tahu maksudku.
Contoh yang bagus adalah film Thailand Shutter. Ketika menonton film ini, kamu mungkin tidak langsung melihat hantunya---tapi perasaan tidak nyaman, seolah-olah ada sesuatu yang mengikuti, terus menghantuimu. "Tegang sepanjang film," kata salah satu temanku setelah nonton itu.
Sangat berbeda dengan gaya horor barat yang cenderung lebih cepat dan langsung menuju teror, horor Asia lebih banyak bermain dengan emosi penonton---membangun rasa takut yang bertahan bahkan setelah film selesai. Kekuatan dalam keheningan, bayangan, dan suara samar seringkali lebih menakutkan daripada hantu yang tiba-tiba muncul.
Kehidupan Setelah Kematian yang Kompleks
Satu lagi karakteristik penting dalam horor Asia adalah bagaimana mereka menggambarkan konsep kehidupan setelah kematian. Banyak budaya Asia memiliki pandangan spiritual yang mendalam tentang kehidupan setelah mati, dan ini sering kali muncul dalam cerita horor. Misalnya, konsep reinkarnasi di Buddhisme atau Taoisme sering disinggung. Hantu dalam fiksi horor Asia sering kali digambarkan sebagai entitas yang terperangkap antara dunia orang hidup dan dunia orang mati, dan mereka tidak bisa "beristirahat dengan tenang" karena masalah yang belum selesai di dunia ini.
Dalam banyak cerita, ini menjadi alasan utama kenapa hantu-hantu ini terus berkeliaran. Mereka bukan hanya entitas jahat tanpa sebab---mereka memiliki tujuan, dan kita sering kali bisa merasa simpati pada penderitaan mereka. Sebagai contoh, dalam cerita Korea A Tale of Two Sisters, kita melihat hantu yang terperangkap dalam trauma masa lalu mereka, dan film ini mengeksplorasi bagaimana rasa sakit tersebut merusak kehidupan orang-orang yang masih hidup.