Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Poor Asean

2 Januari 2016   14:31 Diperbarui: 2 Januari 2016   15:29 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asean Football Championship (Piala Suzuki) adalah sebuah turnamen sepak bola internasional antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Turnamen yang diselenggarakan 2 tahun sekali ini pertama kali diselenggarakan di Singapura pada tahun 1996. Yang mana pada saat itu, Thailand keluar sebagai pemenang/juara untuk kali pertama setelah di partai puncak berhasil mengalahkan Malaysia 1-0.

Turnamen yang awalnya bernama Piala Tiger (Sponsor Beer asal Singapore) ini, untuk pertama kalinya berganti nama menjadi Piala Suzuki. Setelah sebelumnya, perusahaan otomotif asal Jepang tersebut, menjadi sponsor utama AFF Championship menggantikan Tiger Beer di 2008 lalu.

Awalnya, turnamen ini diselenggarakan dengan format 1 tuan rumah dan juga dengan format pertandingan Piala Dunia. Namun, karena "mungkin" untuk meminimalisir anggaran yang dikeluarkan tuan rumah. Sejak 2002 silam, sayangnya turnamen inipun ditetapkan akan diselenggarakan di dua negara di setiap edisinya. Anehnya lagi, dua tahun kemudian, babak semifinal dan final pun ditetapkan digelar dengan format Home-Away.

Kalau tidak salah, di edisi AFF 2010 lalu, untuk pertama kalinya Piala Suzuki menyelenggarakan babak kualifikasi untuk memperebutkan 2 tempat tersisa di putaran final. Empat negara yang mengikuti kualifikasi ini pada saat itu adalah Laos, Filipina, Kamboja dan Timor Leste. Sedangkan 6 tim yang mendapat tiket otomatis pada saat itu adalah, kedua tuan rumah ditambah 4 tim dengan peringkat dunia tertinggi pada saat itu yakni Singapore, Thailand, Malaysia dan Myanmar.

Entah sampai kapan format seperti ini akan dipertahankan AFF selaku penyelenggara Piala Suzuki. Selayaknya kawasan yang masih terbelakang, harusnya negara-negara Asean mendapat kesempatan yang sama untuk membenahi diri dan disupport penuh induknya di kawasan.

Jika boleh memberi masukan, yang lolos otomatis ke putaran final Piala Suzuki edisi selanjutnya harusnya adalah 4 negara yang lolos ke semifinal di edisi sebelumnya. Selain itu, tuan rumah di setiap edisi harusnya 1 negara saja, itupun diambil dari 4 negara yang lolos otomatis ke edisi selanjutnya. Sehingga, banyak tiket yang bisa diperebutkan dibabak kualifikasi. Sangat mustahil jika negara-negara Asean, tidak sanggup menjadi tuan rumah tunggal, sedangkan untuk menjadi tuan rumah Sea Games yang anggarannya lebih besar mereka sanggup.

Misalnya di edisi tahun ini, harusnya yang menjadi tuan rumah adalah Filipina sendiri karena mampu mencapai Semifinal di 2014 lalu, tidak perlu mengikutkan Myanmar yang notabene tidak lolos daei fase grup AFF 2014. Jika Filipina dianggap tidak memenuhi syarat, tinggal tunjuk Malaysia, atau Thailand saja, bukankah kedua negara ini juga ikut bidding untuk menjadi tuan rumah AFF 2016?

Selain itu, yang mendapat tiket otomatis ke Suzuki Cup 2016 ini juga harusnya adalah Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam selaku semifinalis AFF 2014. Sedang 4 tempat tersisa, diperebutkan oleh 7 negara lain baik yang lolos putaran final AFF 2014 maupun yang tidak. Begitupun dengan format pertandingan, semifinal boleh jadi tetap digelar Home-Away. Tapi plis, partai puncak 1 pertandingan saja, yakni di negara tuan rumah agar prestise pertandingan tersebut lebih bergengsi.

Dengan demikian, dengan format yang tidak amburadul seperti diatas, bisa memberi kesempatan bagi negara-negara gurem seperti Laos, Brunei, Timor Leste khususnya dapat kesempatan yang sama untuk mengejar ketertinggalan, setidaknya menyamai negara yang lebih mapan di Asean. Untuk Asean pada umumnya, setidaknya memberi pengalaman pemain-pemain mudanya, dan diharapkan tidak menjadi lumbung poin bagi negara-negara di Asia lainnya.

Hingga saat ini, aneh juga bagi AFF selaku federasi sepakbola Asean, entah apa yang sudah dikerjakan induk sepakbola Asia Tenggara ini. Sejak terbentuk hingga sekarang, sepakbola terkesan monoton dan jalan ditempat. Sudah dari sejak dahulu kala, wacana Asean Super League dicanangkan, namun hingga sekarang masih belum jelas juntrungannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun