[caption caption="La Nyalla: Kalau Mau Cabut SK Pembekuan PSSI tanpa Syarat (Sindo News)"][/caption]
Â
Konflik sepakbola nasional tidak terjadi sebelum dibekukannya PSSI oleh Pemerintah cq Kemenpora. Pun dengan alasannya yang membenarkan Pembekuan itu, sebab berbagai macam argumen terkait kisruh yang kembali muncul memang tidak terjadi setelah Pembekuan itu.
Dari sekian banyak pembenaran (alasan) yang selalu dilontarkan tersebut adalah sebagai berikut:
- Penunggakan Gaji
- Transfaransi
- Harmonisasi
- Prestasi
- Tidak adanya Kompetisi
Yang perlu dicatat dan tidak pernah dibahas adalah, La Nyalla berkuasa (Ketum) di PSSI baru sejak 18 April 2015 lalu, dan ini merupakan yang pertama bagi La Nyalla menjadi Ketum PSSI. Nah, mari kita hubungkan dengan kelima alasan pembenaran diatas.
Beberapa alasan sebenarnya tidak perlu dipaksakan. Sebab, Penunggakan Gaji, Transparansi dan Harmonisasi hanya memiliki satu jawaban, yakni kapan hal tersebut terjadi. Sebagaimana diketahui, Pemerintah cq Kemenpora membekukan PSSI sejak 17 April tahun lalu, tepat sehari sebelum La Nyalla terpilih sebagai Ketum PSSI yang baru. Yang berarti, La Nyalla belum jadi Ketum PSSI, yang artinya juga ada kepengurusan yang baru di PSSI setelah La Nyalla terpilih di kongres 18 April itu.
Nah, jika ketiganya dijadikan alasan membekukan PSSI, pertanyaannya adalah kapan penunggakan gaji itu dilakukan, sebelum atau saat La Nyalla berkuasa? Kalau bukan, kenapa la Nyalla yang kena imbasnya? Apa Kemenpora tidak berpikir ketiga hal tersebut bisa dibenahi di kepengurasan yang baru ini, tanpa huru-hara di sepakbola itu sendiri?
Dengan demikian alasan pertama, kedua dan ketiga bukanlah pembenaran atas pembekuan, melainkan alasan yang dibuat-buat untuk sesuatu keputusan yang keliru.
Sekali pun terjadi di masa lalu dan bukan saat ini, ketiga alasan pertama harus diakui memang benar-benar terjadi. Harus diterima, selama ini beberapa klub sepakbola nasional di ISL memang menunggak gaji pemainnya, bahkan hanya dibayar sebagian dengan alasan terminasi gaji, sebagaimana terjadi di kompetisi IPL dulu.Selain itu, selama ini PSSI memang sangat tertutup bagi pihak luar, dan kurang Harmonis dengan Pemerintah Indonesia di banyak rezim yang berkuasa.
Namun, kedua alasan tersisa yakni Prestasi dan ketiadaan Kompetisi adalah alasan yang sangat tidak masuk akal yang pernah dibuat, sebagaimana akan dibahas dibawah ini.
Benarkah selama ini sepakbola Indonesia tidak berprestasi? Lalu, bagaimana dengan 4 kali gelar Runner Up AFF, adakah yang bisa menyamainya. Selain itu, tidak pernahkah Indonesia juara di Cabor Sepakbola Sea Games dan klub Indonesia tidak berjaya di tingkat Asia. Juara bukan masalah mental, sebab kedua tim yang berhasil melaju ke final di setiap turnamen memiki mental juara yang sama. Juara hanya soal keberuntungan sebagaimana yang dialami Timnas Argentina yang memiliki pemain-pemain hebat. Atau, yang paling dekat adalah Timnas Inggris yang sama sekali tidak berprestasi sekalipun memiliki kompetisi sepakbola terbesar di permukaan Bumi. Jadi, layakkah Prestasi dijadikan alasan, apalagi sekarang ini dimana PSSI memiliki kepengurusan yang baru?