Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mahalnya Kompetisi Setelah Sanksi

15 Februari 2016   17:59 Diperbarui: 15 Februari 2016   19:13 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Logo QNB League"][/caption]

Rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilikinya.


Kalimat diatas adalah penggalan syair sebuah lagu yang dipopulerkan Letto di tahun 2007 lalu. Syair tersebut, menginspirasi munculnya kecemasan atas konflik sepakbola Indonesia yang tidak kunjung selesai hingga saat-saat terakhir menjelang kongres FIFA 26 Februari mendatang.

Tersiar kabar, pertemuan antara Agum Gumelar (Tim Ad-Hoc) dan Menpora Imam Nahrawi beberapa waktu lalu menghasilkan kesepakatan untuk menyelamatkan Indonesia dari sanksi FIFA sebelum Kongres FIFA nanti. Namun, salah satu yang tidak terungkap ke publik terkait pertemuan tersebut adalah saat Menpora meminta KLB PSSI ke Agum Gumelar.

Belum ada keterangan lebih lanjut apakah Agum Gumelar mengiyakan keinginan Menpora tersebut. Tapi saat dihubungi media, Ketum PSSI mengaku, tidak mengerti apa yang dimaksud Menpora soal KLB tersebut. Apakah untuk mengganti kepengurusan yang ada atau bagaimana belum jelas. Yang pasti, La Nyalla mengaku, jika kepemimpinannya dinilai salah, harusnya Menpora mengatakan dimana letak kesalahan tersebut.

Terkait syair lagu diatas. Bagaimana pun, kita tentunya setuju jika atmosfir kompetisi sepakbola yang dibangun PT. Liga Indonesia di Indonesia Super League (ISL) sudah sangat luar biasa. Tapi setelah ISL 2015 dihentikan, sebagaimana yang sudah diketahui, sebagian besar pesepakbola yang punya nama besar, baik lokal maupun internasional yang merumput di ISL eksodus ke kompetisi-kompetisi luar negeri seperti Malaysia, Thailand, Myanmar dan yang terbaru ke kompetisi sepakbola di Timor Leste. Ini (eksodus) sebenarnya sudah terjadi sebelum ISL 2015 (QNB League) yang dihentikan PSSI bergulir diawal tahun lalu.

Di lihat dari segi kualitas, pemain-pemain yang memilih hengkang ke luar negeri (sebelum dan sesudah QNB League) adalah motor penggerak Kompetisi sepakbola Indonesia selama ini. Tanpa pemain-pemain tersebut (lokal/asing), mungkin atmofir kompetisi sepakbola Indonesia tidak akan semeriah yang dilihat belakangan ini.

Nah, bagaimana pun, cepat atau lambat, kompetisi sepakbola di dalam negeri masih harus bergulir. Namun, entah bagaimana memulainya, di tengah minimnya pemain berkualitas yang dimiliki. Mengharapkan pemain-pemain tersebut kembali agar atmosfir sepakbola kembali seperti semula ibarat Pungguk Merindukan Rembulan, terlebih pemain-pemain tersebut sudah nyaman di klubnya masing-masing, sudah pasti klub-klub sepakbola dalam negeri harus merogoh kocek lebih dalam lagi ditengah krisis yang dialaminya.

Membangun kompetisi yang baru setelah vakum hampir setahun lamanya bukanlah perkara yang mudah, terlebih kevakuman tersebut terjadi karena dikucilkannya sepakbola Indonesia. Bukan hanya atmosfir yang sudah dikorbankan, tapi juga kepercayaan investor yang rela merogoh kantongnya sedalam mungkin untuk membiayai sebuah tim sepakbola sepanjang kompetisi.

Setelah itu, tentunya sepakbola Indonesia akan merasa kehilangan apa yang pernah dimiliki namun pura-pura tidak pernah dimiliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun