Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Konflik PSSI Sangat Mungkin Terulang Kembali

29 Juli 2016   17:43 Diperbarui: 29 Juli 2016   17:48 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: Liputan6.com"][/caption]

Kemenangan Jokowi-Jk di Pilpres 2014 lalu secara nggak langsung menjadikan Federasi sepakbola Indonesia (PSSI) sebagai musuh Pemerintah Indonesia. Menurut rezim ini, PSSI selaku perpanjangan tangan FIFA di indonesia, nggak sesuai dengan nawacita yang dianut oleh Pemerintah saat ini.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi merasa perlu untuk menunjuk orang yang tepat buat berhadapan dengan PSSI yang dikomandoi La nyalla mattalitti. Maka, seperti diketahui bersama, konflik yang terjadi antara PSSI dan Pemerintah RI yang diwakili Menpora Imam Nahrawi berjalan cukup alot, dan akhirnya berbuah sanksi oleh FIFA.

Meski dianggap tidak kompeten mengurus masalah olahraga oleh banyak orang, toh Presiden tetap mempertahankan Imam Nahrawi di posisi Menteri pemuda dan Olahraga hingga saat ini. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan kalau Imam Nahrawi memang sejalan dengan Presiden Jokowi.

Salah? Tidak, karena itu memang hak Presiden Jokowi. Namun ada satu hal yang patut dicermati. Seperti diketahui, PSSI akan menggelar Kongres 3 Agustus mendatang, yang mana mengagendakan penetapan Hinca Panjaitan sebagai Ketum PSSI hingga pemilihan Oktober mendatang.

Tentu hal ini menjadi dilema, sebab Hinca sendiri adalah tokoh yang dianggap status quo. Di satu sisi, ini kabar baik karena seperti yang Pemerintah inginkan agar PSSI segera menggelar Kongres, terlebih Pemerintah menjalin kerjasama dengan PSSI membentuk Timnas U-19. Di sisi lain, dengan ditunjuknya Hinca Panjaitan yang dianggap status quo, bisa jadi menimbulkan konflik baru di sepakbola Indonesia antara PSSI dan Pemerintah kembali.

Carut marut sepakbola Indonesia selama ini dianggap sebagai ulah status quo dalam PSSI. Demi mempertahankan kekuasaannya, di 2011 lalu, kelompok (status quo) membentuk Federasi tandingan bernama KPSI buat menandingi PSSI dibawah kendali Djohar Arifin. Kelompok (KPSI) ini terbilang cukup berhasil. Sebab beberapa saat kemudian, Djohar Arifin "takluk" dan PSSI kembali dibawah kekuasaan status quo.

Selain itu, meski masa bakti Hinca sebagai Ketum PSSI tegolong cukup singkat yakni hanya sekitar 2 bulan saja, dengan minimnya sosok yang menjadi andalan Pemerintah, bisa jadi di pemilihan ketum PSSI Oktober nanti, Hinca akan kembali menduduki kursi Ketum PSSI priode 4 tahun kedepan. Sebab sudah barang tentu, selama menjabat Ketum PSSI, akhir-akhir ini dan 2 bulan kedepan, Hinca sudah mulai menggalang dukungan dari akar rumput.

Konflik sepakbola (lagi) tentu sangat diharapkan tidak kembali terjadi. Namun, indikasi terjadinya konflik (kembali) sangat mungkin terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun