Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dilema Bulutangkis Indonesia

19 November 2015   20:17 Diperbarui: 19 November 2015   20:32 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Bulutangkis selalu konsisten menyumbang medali bagi Indonesia di berbagai turnamen multi even seperti Sea Games, Asian Games maupun Olimpiade. Karena nomor ini, sekalipun tidak menghasilkan Emas, kontingen Indonesia selalu pulang ke tanah air tidak dengan tangan hampa dari even-even yang diikuti.

Pasangan Owi/Butet, Hendra/Ahsan maupun Nitya/Polii selalu menjadi tumpuan di sektor masing-masing. Pasangan-pasangan ini, diharapkan selalu konsisten, dan mampu meraih prestasi untuk Indonesia.

Di Olimpiade yang akan digelar di Brazil tahun depan, pasangan-pasangan diatas tentu saja masih menjadi tumpuan Indonesia. Lalu, bagaimana dengan Asian Games 2018 yang akan digelar di Indonesia. Atau yang lebih jauh lagi, Olimpiade musim panas 2020 nanti?

Anak-anak muda Bulutangkis Indonesia saat ini seperti Jonathan Cristy, Antony Ginting, Ihsan Maulana Mustofa, Firman Abdul Kholiq dan lain-lain tentu saja menjadi harapan di masa depan. Mereka diharapkan, mampu mempertahankan nama baik Indonesia sebagai salah satu kekuatan Bulutangkis dunia yang wajib ditakuti.

Namun, sangat amat disayangkan, PBSI selaku penanggung jawab Bulutangkis Indonesia kurang serius dalam membina atlet-atlet muda Indonesia. PBSI terkesan lebih mementingkan hasil ketimbang proses, sehingga terkesan memaksakan mereka (atlet muda) turun di turnamen yang sebenarnya belum saatnya mereka ikuti. Maka dapat ditebak, Firman Abdul Khaliq, Jonathan Cristy, Ihsan Maulana Mustofa dan lain-lain hanya menjadi penghias draw di turnamen-turnamen Superseries/Premier yang mereka ikuti.

PBSI yang sudah kenyang makan asam garam Bulutangkis dunia sekarang harus belajar dari Thailand dan India selaku kekuatan baru di Per-Bulutangkis-an dunia. Pembinaan atlet muda di kedua negara ini terbilang cukup berhasil, dan atlet-atlet dari kedua negara ini sekarang selalu menjadi batu sandungan bagi pemain-pemain Indonesia. Selain pembinaan yang terstruktur, keduanya juga tidak pernah memaksakan atlet-atlet mudanya untuk tampil di turnamen-turnamen yang seharusnya tidak mereka ikuti, agar mental pemain muda mereka bisa terjaga.

Sebagai bagian dari proses pembinaan, India dan Thailand kerap mengirim atlet-atlet mudanya untuk mengikuti turnamen-turnamen kecil di belahan dunia mana saja. Bahkan, atlet dari kedua negara ini, kerap dikirim untuk mengikuti turnamen leven internationa challenge di Eropa, Afrika maupun Amerika Selatan untuk berhadapan dengan pemain-pemain seusianya dan menjadi juara, agar mental juara pemain-pemain mereka tetap terjaga. Inilah yang tidak dilakukan PBSI. Sekalipun ada, Indonesia hanya mengirim wakil di turnamen level junior di sekitaran Asean saja. PBSI lebih memilih mengirim atlet-atlet muda ke turnamen besar, dan hasilnya pun bisa ditebak.

Tapi bagaimana pun itu, PBSI tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Sebab, Bulutangkis Indonesia bukan tanggung jawab PBSI semata, tapi juga adalah tanggung jawab negara. Sebenarnya cukup bisa dimaklumi jika PBSI hanya mampu mengirim atlet muda ke turnamen sekitaran Asean saja, sebab dana yang dimiliki oleh PBSI pun terbilang seadanya, ditambah lagi produsen rokok yang selama ini terbilang cukup berperan sudah tidak diperbolehkan lagi bergabung dalam olahraga. Dari sekian banyak cabang olahraga yang ada, hanya dianggarkan sekitar 0,05% dari APBN di setiap tahunnya. Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang tidak perduli pada olahraga. Padahal, berprestasi di bidang ini adalah salah satu momen dimana bendera merah putih dikibarkan diiringi lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan di even internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun