[caption caption="Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Kompas.com"][/caption]
Sejak tahun lalu, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Owi/Butet) sebenarnya sudah menjadi sorotan karena tak kunjung meraih gelar. Tercatat di tahun lalu, Owi/Butet hanya mampu juara di Kejuaraan Asia, selebihnya kerap jadi nomor 2.
Di beberapa kesempatan, pasangan ini pun kerap kalah dibabak-babak awal. Maka tidak heran, berbagai kalangan menilai pasangan ini sudah habis, dan sudah saatnya dipisah.
Karena 1 (satu) dan lain hal saat itu, penulis tidak setuju kalau pasangan ini dipisah sebelum Olimpiade Rio, seperti diusulkan banya orang. Alasannya, karena saat itu kualifikasi Olimpiade (Race to Rio) tengah berlangsung dimana Owi/Butet hampir dipastikan lolos, dan Indonesia berpeluang meloloskan 2 wakilnya di sektor ganda campuran.
Selain itu, meski kerap gagal, Owi/Butet terbilang konsisten dengan mencapai final diberbagai turnamen yang mereka ikuti. Dan benar, Owi/Butet akhirnya mampu menyumbang medali emas bagi kontingen Indonesia di Olimpiade Rio, sekaligus mengembalikan tradisi emas Indonesia di cabang ini.
Dibanyak turnamen yang mereka (Owi/Butet) ikuti, titik lemah pasangan ini sebenarnya ada di Tontowi, dimana dia kerap membuat kesalahan dan mati sendiri. Namun di Rio, Tontowi justru tampil luar biasa dan menjadi momok bagi lawan. Bahkan Chan Peng Soon kerap ter-intimidasi oleh Owi di final kemaren.
Di kutif dari komentar Broto Happy, euforia memang harus berlanjut agar jadi virus menyehatkan bagi pemain-pemain muda, terlebih di sektor tunggal putri.
[caption caption="Lindaweni Fanetri, Jawa Pos"]
Di sektor tunggal putri, nama Lindaweni Fanetri (Linda) mungkin masih sedikit asing, lebih lagi bagi yang mendadak bulutangkis setelah Owi/Butet juara Olimpiade. Sekedar informasi (bagi yang belum tahu), Linda saat ini adalah tunggal putri (peringkat) terbaik yang dimiliki Indonesia, dan ikut tampil mewakili Indonesia di Olimpiade Rio, yang sayangnya "tidak menghasilkan apa-apa".
Pro dan kontra memang sudah muncul sebelum Linda mewakili Indonesia di Rio. Yang pro menilai, selaku negara bulutangkis, aneh jika Indonesia tidak punya wakil di tunggal putri. Sebaliknya, yang kontra menilai, tidak ada untungnya mengirim Linda ke Rio hanya buang-buang uang, lebih baik mengirim pemain lain yang lebih muda dan punya prospek bagus.
Menilai Linda tidak layak ke Rio memang bukan tanpa alasan. Sebab, mengamati prestasi Linda, tidak heran kenapa dikalangan Badminton Lover (BL) Linda dijuluki Queen of Round 1. Sebelum tampil di Rio, sepanjang tahun 2016 Linda memang sudah tampil di 11 (sebelas) turnamen internasional di mulao dari Malaysia Master Januari yang lalu.