Â
Â
Â
Aksi Walk Out (W.O) yang dilakukan Bonek FC di leg ke-2 perempat final Piala Presiden kontra Sriwijaya FC memang sangat disayangkan. Selaku sebuah tim sepakbola profesional, Bonek FC harusnya bisa lebih dewasa menyikapi insiden yang terjadi di lapangan.
Tapi apa boleh buat, jangankan bersikap dewasa, Bonek FC malah menuduh jika pertandingan tersebut telah diatur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Dengan demikian, bolehlah jika saya menyarankan agar pihak-pihak terkait dalam tim Bonek FC untuk segera ikut program kepribadian, agar tidak sering meledak-ledak dan bisa lebih arif menyikapi situasi dan kondisi. Namun, kesalahan dan ketidak sukaan tidaklah semuanya harus dituduhkan ke pihak Bonek FC yang sudah bertindak "kekanak-kanakan saat melawan Sriwijaya FC pekan lalu.
Ini (pengaturan) bukanlah kasus pertama di sepakbola Indonesia. Malah, kasus-kasus seperti ini sering menjadi senjata untuk menjatuhkan lawan di bumi nusantara ini. Sekalipun tidak ada bukti, sayangnya begitu banyak yang percaya bahwa hal itu memang benar-benar terjadi. Lantas, apakah hal seperti ini tidak akan terjadi di Piala Presiden yang katanya dibawah supervisi pemerintah. Ah, jangan terlalu lugu, Piala Dunia dan turnamen-turnamen top Eropa saja sangat rentan dengan pengaturan skor, konon lagi di turnamen yang di gelar di negara yang konon katanya kaya raya ini.
Namun, saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan salah satu anggota tim transisi Cecep T Wartono dalam sebuah situs media online. "Kasus ini (pengaturan), harus bisa dibuktikan dengan data-data konkret. Kalau hal itu benar terjadi, mereka bisa melaporkan ke pihak yang berwajib dan mereka harus segera mengambil langkah itu", kata Cecep T Wartono.
Nah, inilah saatnya bagi Bonek FC membuktikan tuduhannya, agar nantinya ini tidak menjadi "daging busuk" di kemudian hari.
Tindakan Wasir Jerry Elly yang bertugas di pertandingan leg ke-2 Sriwijaya FC vs Bonek FC pekan lalu memang sedikit mencurigakan. Bagaimana mungkin beliau tidak melihat apa yang terjadi (hand ball/bukan), sedangkan beliau sendiri berada tepat didepan Faturrahman yang beliau klaim menyentuh bola di kotak finalti Bonek FC.
Namun, lagi-lagi stakeholder sepakbola nasional mendapat pelajaran baru dari sebuah kasus yang terjadi di pertandingan sepakbola. Jika ini memang murni Human Error (bukan pengaturan), tunjuklah wasit yang memiliki stamina yang prima dan tidak asal bicara untuk memimpin sebuah pertandingan sepakbola. Pun, pendidikan wasit harus lebih instens lagi, masa wasit-wasit Indonesia gak kepake di turnamen-turnamen Asean maupun Asia?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H