Mohon tunggu...
Aldy Fadly
Aldy Fadly Mohon Tunggu... -

Orang biasa yang tinggal di belantara Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renggang

25 Mei 2011   09:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karena emosi kita masih mendaki amarah sampai kepuncaknya, ku kira tak perlu ada lagi yang dibicarakan tersebab hubungan kita memang belum selesai. Mengapa katamu. Ya. Aku lebih memilih diam ketimbang bicara menjadi busa. Seperti ombak mencumbu pantai. Sia-sia dan menghapus jejak kita.

Lantas, aku bisa saja menganggap hubungan ini sudah selesai, katamu. Oh. Tidak. Ucapanmu itu tidak berasal dari jernihnya muara sungai. Bukan dari palung terdalam samudera. Kita hanya perlu jarak. Seperti asam digunung dan asin dilaut yang kelak bertemu pada satu tempat. Kita hanya perlu spasi karena dengannya terbaca pasti. Biarkanlah lautan emosi kita surut sampai suatu ketika datang tsunami meluluhlantakkan berisiknya ego kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun