Mohon tunggu...
Aldy Fadly
Aldy Fadly Mohon Tunggu... -

Orang biasa yang tinggal di belantara Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lima Sajak tentang Dirinya

18 Mei 2011   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I

kuikat erat kau

Terkikis waktu

Mencari kedalam

Tersesat gelap

Tak ada cahaya

Raut wajah itu

Kucari kau - kau cari dia

Lekuk tubuh kau membunuh dia

Hasratku didalam diri

Menyusut aku keluar mengembang kau kedalam

Tak ada aku melainkan Ia


II

aku kau dia lupa luka laku diri

diri lupa laku luka

luka lupa

laku diri

lupa aku

luka kau

dia

!

III

berawal dari hasrat

berakhir di hati

berawal dari lupa

berakhir menjadi luka

berawal dari dia

tinggal dihati kau

berakhirlah aku

IV

Diam - diam kau mencari hati yang pas untuk ukuran tubuhmu sendiri. Saat kau bekerja disudut remang, kau seperti patung ditinggal pemahatnya. Kau terluka. Aku berjalan menuju kau dan kau menyambutku sambil mencari dirinya dalam diriku.

Didalam cafe itu, akulah gelas kosong yang selalu kau tuangi bir hingga meluap buihnya.

Kau menuju aku mencari dia kedalam, sementara aku tetap diluar mencari kau. Kita bertemu dalam gelap. Aku hanya tamu saat kau rindukan sosok dia dalam diriku. Aku pergi membawa gelas kosong kedalam dirimu.

Kau berjalan keluar bersama dia, yang kau temukan didalam diriku.

Tak ada lagi aku. Tak ada lagi aku.

V

mengurung dia didalam hatimu membunuh aku di tiang gantungan. Terjal jalan kau lalui saat menjenguknya sama saja dengan menyiapakan kafan tubuhku. Kau suapi nasi sebelum aku mati kau beri ia segelas air setiap hari

Aku menunggu mati, ia menunggu kau bebaskan. Terkelupas tali yang kau ikat dileherku semakin terbuka jeruji yang kau berikan padanya.

Putuskanlah!

Potong kaki kursi penyangga tubuhku,

biarkan aku mati terkubur sunyi

Bebaskanlah!

Lepaskan ia dari dalam hatimu

ia ingin mati bersamamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun