Mohon tunggu...
isma dwi kurniawan
isma dwi kurniawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Biologi UNY

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cerita Sang Pemburu (Cerita Langsung Dari Pemburu Satwa Karst Gunungsewu)

27 Juli 2013   00:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:59 8504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karst Gunungsewu masih terus menyajikan cerita-cerita luar biasa. Kali ini cerita berasal dari pengakuan salah seorang pemburu satwa yang sudah lama beroperasi di kawasan karst Gunungsewu. Sebut saja dia Mr. J (mohon maaf nama harus dirahasiakan).

Cerita ini mungkin sedikit-banyak akan menguak rahasia-rahasia yang tersimpan di ekosistem karst Gunungsewu.

Mr.J dan teman-temannya merupakan salah satu kelompok pemburu satwa yang sudah sangat lama berburu di kawasan karst Gunungsewu. Layaknya pemburu professional, mereka dilengkapi dengan senjata laras panjang yang memiliki power yang cukup besar (senapan gas). Untuk memiliki senjata semacam ini harus sepengetahuan dari pihak kepolisian, sehingga mereka harus memiliki tanda ijin kepemilikan senjata api yang berdasarkan cerita mereka dapat dibuat POLRES. Di dalam kartu kepemilikan senjata itu tercantum 2 himbauan:

1.Larangan untuk berburu hewan yang dilindungi

2.Larangan untuk memodifikasi senjata.

Namun apakah himbauan itu diindahkan oleh sang pemburu? Mari kita kuak apa yang sang pemburu lakukan dengan senjata tersebut.

Memodifikasi Senjata

Berdasarkan pengakuan sang pemburu, memodifikasi senjata bukan merupakan hal yang tabu bagi kalangan pemburu. Mereka sudah biasa melakukannya dengan tujuan agar senjata mereka lebih kuat sehingga dapat mendapatkan hasil buruan yang optimal.

Berburu Satwa Liar Karst Gunungsewu

Berburu satwa liar di kawasan karst Gunungsewu merupakan hal yang sudah sangat sering dilakukan. Sang pemburu melakukan pemburuan dalam kelompok kecil, terkadang satu kelompok terdiri dari 2, 3, 4 dan bahkan lebih dari 5 orang. Tujuan berburu dalam kelompok ini adalah berkenaan dengan strategi berburu yakni mengepung satwa. Waktu berburu dilakukan pada malam hari. Menurut Mr J. malam hari merupakan saat yang tepat karena pada waktu itulah banyak satwa yang berkeliaran. Namun terkadang untuk berburu satwa tertentu juga dilakukan pada siang hari. Para pemburu ini biasanya sudah mengetahui titik-titik yang tepat untuk berburu. Bahkan mereka tahu dimana biasanya satwa-satwa tertentu hidup dan melimpah. Menurut pengakuan Mr J, mereka biasa berburu di bukit, lembah, hutan dan persawahan karst Gunungsewu. Titik buru favorit mereka adalah daerah pesisir selatan Gunungkidul yakni dekat dengan pantai selatan. Menurut pengakuan Mr J, daerah tersebut masih sangat sepi, asri dan masih sangat banyak satwa liar yang dijadikan objek perburuan hidup disana.

Inilah daftar satwa-satwa karst Gunungsewu yang paling sering diburu oleh Mr J dan kawan-kawannya:

1.Kijang/kidang

2.Landak

3.Bajing/tupai

4.Rase

5.Luwak

6.Musang

7.Macan cecep

8.Berbagai jenis burung

Selain itu juga mereka beberapa kali memburu ular, kalong, trenggiling dan biawak.

Berjumpa Dengan Satwa Langka

Cerita yang meningkatan rasa penarasan terhadap kehidupan satwa langka di karst Gunungsewu adalah cerita mengenai pertemuan antara kelompok pemburu dengan satwa langka ketika mereka sedang berburu. Menurut pengakuan Mr.J, dia dan kawan-kawannya kerap kali berjumpa dengan HARIMAU. Setidaknya Mr J pernah melihat harimau berwarna belang-belang layaknya harimau jawa dan juga harimau berwarna hitam (sepertinya harimau kumbang). Menurut dia ukuran harimau ini sangat besar dan suara geramanya sangat keras. Pernah suatu ketika Mr.J melihat harimau berwarna belang dalam jarak kurang dari 100 meter. Ukuran harimau itu sepadan dengan pedet (anak sapi). Ketika itu karena rasa ketakutan yang teramat Mr.J melepaskan tembakan keudara untuk menakuti harimau itu hingga harimau itu menggeram keras dan selanjutnya pergi lari dengan kencangnya. Sejak saat itu, ketika mereka menjumpai harimau mereka hanya melepaskan tembakan keudara untuk menakuti mereka agar pergi. Menurut pengakuan Mr J. Mereka tidak berani untuk memburu harimau karena beberapa alasan, diantaranya adalah karena mitos yang berkembang dimasayakat mengenai harimau, karena harimau hewan langkan dan dilindungi dan ketiga karena senjata mereka tak cukup ampuh untuk membunuh harimau.

Selain harimau, satwa langka lain yang sering dijumpai para pemburu adalah rusa. Pernah suatu ketika Mr J dan kawan-kawan menjumpai rusa yang berukuran besar di tengah lembah bukit-bukit karst. Mr J tidak berani untuk menembak binatang itu karena dia merasa senjatanya tak akan cukup kuat untuk membunuh hewan besar itu. Sehingga dia hanya membiarkannya pergi.

Terjebak Kebenaran Mitos

Hal-hal mengherankan dan aneh juga sering dialami oleh kelompok pemburu. Cerita aneh itu diantaranya adalah ketika salah seorang anggota kelompok Mr.J menembak seekor makaka (monyet ekor panjang). Tanpa disangka, monyet yang tertembak itu adalah ibu monyet yang sedang menggendong anaknya. Ketika didekati, terlihat sang ibu monyet mati dan anaknya masih hidup. Hal aneh terjadi karena setelah lepasan peluru yang menembus kepala ibu monyet itu terlepas, senjata teman Mr J langsung eror alias rusak. Tidak cukup disitu, ketika ibu monyet yang mati dikuliti Mr.J melihat wujudnya seperti seorang bayi yang baru saja lahir. Sehingga dia tidak turut memakan dagingnya. Keanehan selanjutnya terjadi pada anak si monyet yang dipelihara oleh kawannya. Anak monyet itu kabarnya tidak berhenti mengeluarkan air mata selama satu minggu (menangis). Hal ini membuat sang pemilik ketakuatan dan mengembalikannya ke tempat asal. Menurutnya, setiap senjata yang digunakan untuk menembak monyet pasti berakhir dengan kerusakan/eror. Hal ini dikaitkan oleh Mr J dengan mitos yang berkembang di masyarakat yang menghargai kehidupan monyet karena dianggap sebagai kerabat dekat manusia. Oleh karena itu mereka tidak berani lagi memburu monyet.

Demikianlah cerita pengakuan dari sang pemburu satwa liar karst Gunungsewu. Jikalau benar apa yang disampaikan Mr J mengenai satwa-satwa yang dia jumpai di kawasan karst Gunungsewu, maka ekosistem karst Gunungsewu memang masih menyimpan banyak sekali potensi ilmiah yang belum pernah tergali. Hingga saat ini belum ada data atau hasil penelitian yang jelas mengenai kehidupan satwa langka semisal harimau di kawasan karst Gunungsewu. Sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun